Tuesday, May 22, 2007

Menaklukkan Puncak Lawu



Tak pernah direncanakan sebelumnya, baik oleh aku maupun kawan-kawan yang akan naik ke Gg. lawu dengan aku, yaitu Taufan, Hari Kasino maupun Wawan Dongkrak. Semua bermula dari chating antara aku dan kasino di hari Rabu, 16 Mei 2007.

Karena hari kamisnya mo libur panjang sampe ahad, iseng-iseng kuajak kasino naik Gunung, terserah mau kemana yang penting refreshing kataku. Kasino menyuruhku untuk menghubungi Taufan dan Dongkrak, kira-kira mereka bersedia ikut apa gak. Gak pake lama lagi, langsung aku kontak mereka berdua dan mereka menyatakan siap, tapi naik ke Gg. lawu saja, ok deh kataku. Kemudian kukabari lagi Kasino dan semuanya langsung siiipp..

Jam 16.30 aku berusaha untuk pulang lebih cepat, karena aku yakin pasti kereta api bakal penuh sesak oleh orang-orang yang ingin berlibur panjang. Sesampainya di stasiun senen beneran tiket dah habis, ya akhirnya tanpa tempat duduk deh,,, Alhamdulillah sampai juga di rumah jam 3 pagi (17/05/07).

Begitu jam menunjukkan pukul 9 pagi, aku pamitan sama yahbunda untuk pergi ke Solo guna menuntaskan obsesiku yang lama terpendam. Kutancap gas motorku memulai touring ke Solo. Nikmat juga, dah lama gak naik motor jarak jauh.

Pukul 2 Siang aku dah sampai di Solo, tapi anak-anak masih pada makan-makan di Njanti, si Pinky lagi Ultah, akhirnya kususul dulu ke sana skalian menikmati ikan bakar yang tersisa. Sesampainya di Pabelan, persiapan segera di mulai. Mendaftar bahan makanan yang akan di bawa dan meminjam peralatan di Assalaam.

Tepat pukul 9 malam persiapan dah kelar, tinggal berangkat saja. Namun ternyata cuaca sedikit tidak bersahabat, hujan deras menimpa Solo hingga jam 11 malam. Setelah reda, dengan berkendaraan dengan motorku (yang ternyata lupa bawa STNK) dan motornya kasino, gerimis kota Solo kita jalani bersama.

Alhamdulillah, jam 1 dinihari tanggal 18/05/07 kami sampai di Base camp Cemoro Sewu. Dingin banget, meskipun hujan sudah reda. Nampak di masjid adek2 dari Assalaam juga bersiap untuk naik, namun tertunda karena terhalang hujan. Kamipun berencana naik sehabis makan pagi, pagi ini istirahat dulu sambil nyesuaikan kondisi alam.

Jam 7.30 setelah minum kopi dan sarapan soto ayam, kami pun memulai perjalanan ini. Aku sie rada pesimis dengan kondisiku yang sudah 2 tahun gak menjamah pegunungan lagi, sehingga aku meminta untuk membawa tas yang paling kecil, tapi tetap saja berat. Memang sie, diawalnya kerasa banget kalo naik gunung tuh berat, namun berhubungan aku belum pernah menaklukkan Lawu semangat harus dipompa.

Pengennya sie membawa tas paling kecil, tapi Dongkrak juga kelelahan, jadinya gantiin bawa tas yang besar deh... lumayan juga kok kalo dah terbiasa, agak ringan dikit..

Pos 1 terlewati, namun pos 2 kok lama nian ya,,, baru nyampe pos 2 tuh jam 12 siang pas waktunya Sholat Jumat. Baru istirahat sejenak, datang beberapa rombongan dari Jakarta dan tak berpa lama kemudian turun hujan deras. Sambil nunggu hujan kami mempersiapkan makan siang.

Setelah hujan reda, perjalanan dilanjutkan kembali. Aku ma Kasino berusaha santai, sampai-sampai tertinggal jauh dari Dongkrak ma Topan, dah begitu HTnya gak dihidupin jadi takut sendiri. Hari itu dah sore sekitar jam 5an, dan ternyata Kasino sakit perut, alias mencret, jadi dia lemes banget. Sampai2 dia minta izin tuk tidur sebentar, padahal mentari sudah beranjak ke barat, dan dinginnya sore itu memaksaku tuk memompa semangat Kasino agar tetap melanjutkan perjalanan yang tinggal sebentar lagi.

Ada pertanyaan dari Kasino yang sampai sekarang sangat menggelitik, " Aku manja ya, Bang?". Aku mau ketawa, tapi kok juga bingung, coz dah sepi banget gak ada orang. Aku kedinginan dan jaketku ada di tasnya Dongkrak, jadi takut kena hipotermi. Bahkan aku sampai membayangkan musibah yang pernah dialami santri-santri dari pondok Ngruki pada tahun 90-an, yang nyasar di Lawu, kemudian beberapa dari mereka meninggal dunia, dan beberapa ditemukan dalam keadaan yang darurat.

Alhamdulillah, kira2 jam 6 sore, kami sampai di Pos 5. Ternyata di sana ada seseorang yang sedari jauh menyenteri kita, sampai aku harus menutup mataku pake tangan. Ternyata seorang bapak-bapak yang mendapat pesan dari Topan dan Dongkrak. Kemudian bapak itu bertanya, "masnya berdua yang bawa HT ya?", " dari tadi dah ditunggu temannya disini mas, sekarang mereka nunggu di warung atas". Setelah mengucapkan terima kasih, kamipun segera melanjutkan perjalanan, karena jarak warung dengan pos 5 tidak begitu jauh.

Alhamdulillah lagi, akhirnya kami berdua sampai di warung tersebut, dan Dongkrak ma Topan menunggu dengan gelisah. Setelah mengobrol sebentar, akhirnya kami sepakat malam ini tuk menginap di warung saja, mengingat kondisi Kasino yang kurang enak badan dan kedinginan.
Akupun sepakat saja, meskipun pernapasanku agak terganggu dengan pembakaran yang ada di warung, karena memang warung tersebut tidak berventilasi.

Tak terasa, jam 5.15an kami dh bangun tuk mempersiapkan diri mendaki ke Puncak Hargo Dumilah. Kasino yang kukira gak bakal ikut, karena memang sengaja dah ditinggal, langsung berlalri keluar warung mengikuti langkah kawan2nya. Dan tak berapa lama kemudian kamipun sampai di Puncak Lawu. ALhamdulillah,,,,

Setelah beberapa lama kami mengabadikan momen di Puncak, kamipun segera turun ke warung dan berkemas untuk meninggalkan puncak segera. Sungguh senang sekali rasanya, akhirnya aku mampu menaklukkan puncak lawu, setelah sekian lama menunggu.

Perjalanan pulang, meskipun tak sepayah waktu naik, namun karena aku hanya memakai sandal japit, maka hentakan dari kaki melawan batu2 terjal sangat terasa sekali sakitnya ditelapak kakiku, makanya aku berusaha untuk sesegera memungkin mengakhiri penderitaan ini dengan berjalan cepat meninggalkan yang lain dibelakang.

Ternyata ketika aku tidak seberapa lama menunggu di Pos 2, mereka juga muncul. Akhirya kami berjalan beriringan menuju Base Campe di Cemoro Sewu. Dan pukul 2 siang kami sudah sampai kembali di Base camp dan siap tuk melanjutkan perjalanan ke Solo dengan sepeda motor yang kami bawa.

Terima Kasih tuk Kasino, Topan dan DOngkrak yang sudi menemaniku menaklukkan Puncak Lawu, Hargo Dumilah. Semoga di lain waktu kita bisa menaklukkan Puncak Rinjani ya,,,, itu kan yg kita pikirkan waktu di Lawu,,,

Monday, May 7, 2007

Mancing di Bagang

Hmm...sungguh tak pernah terpikirkan sebelumnya olehku bahkan abangku untuk bisa memancing ikan di laut Jakarta, apalagi di tengah laut yang kalo di tempuh dengan kapal motor kira-kira memakan waktu 1 jam 30 menit, jarak yang cukup jauh untuk hitungan perjalanan laut.

Rencana memancing ini muncul ketika si Agus (Singkek) pulang dari rumah saudaranya di daerah Cilincing, Jakarta Utara. Dia mengatakan telah membicarakan dengan saudara keinginannya untuk memancing di laut, entah itu akan di empang or di bagang.

Tepatnya hari sabtu, 5 Mei 2007 kemaren, Kami (aku, abangku (opunx) n Singkek) berangkat ke daerah cilincing di mana saudaranya Singkek tinggal. Perjalanan dengan busway dari Kuningan menuju ke Pantai Ancol berjalan dengan lancar, namun tak kami duga bahwa setelah dari Ancol kami harus naik angkot lagi hingga 3 kali berganti nomor, dari mikrolet M.15 - bus kopaja 23 dan terakhir angkot warna merah no.5.

Dalam perjalanan aku masih terus berpikir, ini Jakarta apa bukan ya? setauhuku yang sehari-harinya hidup di daerah Kuningan dalam bayang-bayang gedung-gedung pencakar langit memandang Jakarta dengan gedung-gedung tingginya, namun di daerah yang aku lewati lain, bangunan paling tinggi itu ya ruko berlantai 3 lah, bahkan yang paling tinggi adalah tumpukan kontainer hingga 7 kontainer menjulang ke angkasa.

Begitu menginjakkan kaki di rumah saudaranya Singkek, bau khas pantai mulai menusuk hidungku, sehingga butuh sedikit perjuangan untuk beradaptasi. Kucing-kucingan berkeliaran dari yang terawat hingga hancur berantakan,,,, hmmm... melihat anak-anak kecil berlarian tanpa alas kaki melewati lorong-lorong sempit rumah mengingatkanku akan masa kecil di rumah dulu.

Kira-kira pukul 2 siang segala perlengkapan untuk memancing telah terkumpul, namun belum terpasang dengan rapi sehingga butuh beberapa menit untuk merapikannya sebelum kita berangkat sesuai jadwal jam 3 sore. Tak lupa aku pergi ke warung untuk membeli beberapa botol air mineral dan beberapa bungkus roti serta cemilan dan rokok. sedangkan Singkek menyiapkan lauk-pauk dan nasi untuk makan malam kami di bagang.

Pak Oni sebagai nahkoda pun berteriak memanggil para ABk, untuk segera menaiki perahu karena jangkar akan segera ditarik. dengan bergegas kami pun langsung melompat ke perahu yang berukuran sedang.

Perjalanan dimulai dengan menyusuri sungai di muara cilincing. Ketika sampai di dermaga bongkar muat, kami berpapasan dengan kapal tongkar yang sangat besar, hingga air sungai menjadi keruh, mungkin tongkang tersebut menyapu lumpur yang ada di dasar sungai itu ya,,,, ngeri juga...

Wah, akhirnya kami memasuki daerah lepas pantai. Air lautnya masih keliatan berwarna coklat, namun ombak belum begitu besar. Kegembiraan menyelimuti wajah-wajah kami, tak lama lagi impian akan memancing di laut akan kesampaian. Setelah kira-kira satu jam perjalanan, ombak mulai menerjang perahu, goyangannyapun mengingatkanku ketika naik sebuah permainan "ombak banyu" di pasar malem waktu kecil dulu. Naik - turun dan begitu seterusnya perahu dihajar oleh ombak dengan terpaan angin yang cukup kuat.

Selang beberpa menit, terlihat banyak patok-patok bambu kokoh berdiri bekas tempat bagang berdiri dan sudah tidak dipergunakan lagi. Dan didepan terlihat sebuah kapal nelayan juga yang memuat beberpa orang pemancing. Tak jauh dari situ terlihat Bagang milik Pak Oni yang bakal menjadi sandaran perahu kami.

Di bagang yang berbentuk persegi empat dengan susunan konstruksi dari bambu inilah yang akan menjadi tempat kami bermalam selain perahu kecil yang juga digunakan sebagai tempat untuk memancing. Dengan sigapnya si Alung membantu Pak Oni memasang tali tmabatan perahu ke tiang bambu bagang. Tak kalah dengan si ALung, Pak Oni dengan gagahnya membawa keranjang-keranjang dan tempat petromks yang berbentuk persegi panjang berisi 7 buah petromaks. Sungguh kekuatan yang luar bisa untuk mengakat barang sebegitu besar dan menaiki bagang yang tingginya mencapai 5 meter tersebut.

Setelah matahari terbenam, persiapan memancing pun di mulai. Sesaat setelah kail memasuki air, terasa adanya sedikit "gondolan" dan akhirnya aku dapat 2 ikan kecil-kecil, begitu juga dengan yang lain. Namun seiring waktu, aku tidak dapat menahan pusingnya kepala akibat goyangan perahu oleh ombak laut. Akhirnya aku menyerah dan naik ke bagang untuk menenangkan diri.

Hingga fajar menjelang, perolehan ikan kami dan Pak Oni ternyata tidak seperti dugaan sebelumnya, artinya kondisi laut di situ lagi sepi ikan, sehingga hanya dapat sedikit. Tapi tak apalah, yang penting pengalaman berharga yang kami dapatkan tuk pertama kalinya memancing di tengah laut. Juga bagaimana rasanya harus menghargai para nelayan yang harus menerjang ombak dan badai di laut hanya untuk mencukupi kebutuhan protein kita. Semoga segalanya membawa hikmah bagi kita.