Thursday, December 31, 2009

Kaleidoskop 2009

Hmmm...sepertinya baru kemarin 1 Januari 2009. Masih jelas banget diingatanku malam tahun baru 2009 yang lalu. Tahun baru pertama kalinya di Jogja, ternyata emang rame banget, semua tertumpah di sekitar Malioboro sampai ALun-alun Keraton Jogja.

Namun sekarang, tahun 2009 tinggal hitungan jam, yang artinya hanya menyisakan hari esok saja, 31 Desember 2009. Tentunya selama setahun ini banyak sekali kejadian yang memberikan kesan dan pesan bagiku. Kehidupan selalu berputar, bagai roda menggelinding, kadang bahagia dan kadang juga mengalami kesedihan. Namun itulah bumbu yang menyegarkan kehidupan ini. Dengan adanya kesedihan tentunya kita akan mensyukuri arti kebahagian. 'Ada' ada karena 'tiada'.

Tahun 2009, terjadi perubahan yang sungguh luar biasa bagi diriku dan orang-orang disekitarku tentunya. Diawal tahun keputusan besar harus kuambil. Keputusan yang merubah diriku menjadi sekarang ini, dan rentetan kejadian selanjutnya yang saling bertautan.

Mungkin tak akan cukup waktuku untuk menceritakan satu persatu peristiwa yang telah kualami selama 2009. Yang pasti, sekarang aku di sini, dengan berbagai hal yang telah aku alami dengan teman-teman yang baru, perubahan lingkungan yang sungguh telah menjelaskan lebih jauh siapa diriku sebenarnya. Menjadi ikan yang berenang di lautan, berusaha untuk tetap tidak berasa garam.

Hari ini, detik-detik dimana pergantian tahun 2009 ke 2010 segera beralih, rasanya kebanggaan merasuki sumsumku, ada impian kecilku yang telah kugapai dihari ini, suatu hal yang mungkin dahulu hanya menjadi impian seperti mimpi SMUku untuk kuliah di Jerman. Ternyata bermimpi tidak pernah dilarang oleh Tuhan, bahkan akan menjadi doa-doa dalam keseharian kita dan akan menjadi penyemangat kita untuk terus maju dan melakukan yang terbaik.

Selamat tinggal 2009, Selamat Datang 2010! Semoga di Tahun yang baru ini semangat kita kembali segar untuk melakukan yang terbaik dalam mengisi hari-hari kita. Bahwa jika hari ini kita lebih baik dari kemaren kita termasuk orang yang beruntung, akan tetapi jika hari ini kita sama dengan kemaren kita termasuk orang yang merugi. Dan lebih gawatnya lagi kalau hari ini lebih jelek dari kemaren kita termasuk orang yang di laknat Allah.

Salam sayang untuk Ayah, Ibu, Kakak dan Abangku beserta Keluarganya.
Salam hangat untuk Sodara dan Rekan-rekanku.

Salam dari Berlin,
30.12.2009 20.29

Friday, December 25, 2009

Tambo, Minang Kabau

Tambo dalam arti yang sebenarnya adalah cerita sejarah negeri Minangkabau. Tambo-tambo lama Minangkabau didapati hampir di tiap-tiap nagari di Minangkabau yang ditulis dengan tangan dan memakai aksara Arab. Tambo-tambo tersebut sangat dimuliakan orang, bahkan adakalanya dipandang sebagai pusaka keramat. Sehingga yang memegangnya adalah kepala suku atau orang yang akan mengantikan kepala suku itu. Tidak sembarang orang yang boleh membaca, bahkan untuk membacanya harus didahului upacara khusus.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dr. Edwar Djamaris, Tambo-tambo yang banyak itu ditulis dalam bahasa Melayu berbentuk prosa. Naskah Tambo Minangkabau ini sebagian besar ditulis dengan huruf Arab-Melayu, dan sebagian kecil ditulis dengan huruf latin. Naskah Tambo Minangkabau yang berhasil diketemukan sebanyak 47 naskah, masing-masing tersimpan di museum Nasional Jakarta sebanyak 10 naskah, di perpustakaan Universitas Leiden sebanyak 31 naskah, di perpustakaan KITLV Leiden Belanda sebanyak 3 naskah, di perpustakaan SOAS Universitas London 1 naskah, dan di perpustakaan RAS London 2 naskah.

Ada delapan saduran cerita Tambo Minangkabau yaitu:

(1) Curai Paparan Adat Lembaga Alam Minangkabau ( Dirajo 1979 dan 1984)

(2) Mustika Adat Alam Minangkabau (Dirajo 1953 dan 1979)

(3) Tambo Minagkabau ( Batuah 1956)

(4) Tambo Alam Minangkabau (Sango 1959)

(5) Tambo dan Silsilah Adat Alam Minangkabau (Basa 1966)

(6) “Tambo Pagaruyung” (Basri 1970a)

(7) “Tambo Alam ” (Basri a970b)

(8) Himpunan Tambo Minangkabau dan Bukti Sejarah (Mahmoed 1978)

Secara umum dapat dikemukakan bahwa fungsi utama cerita Tambo Minangkabau adalah untuk menyatukan pandangan orang Minangkabau terhadap asal usul nenek moyang, adat, dan negeri Minangkabau. Hal ini dimaksudkan untuk mempersatukan masyarakat Minangkabau dalam satu kesatuan. Mereka merasa bersatu karena seketurununan, seadat dan senegeri.

A.A Navis seorang Budayawan Minang mengatakan Kisah tambo yang dipusakai turun-menurun secara lisan oleh orang Minangkabau hanya mengisahkan waktu dan peristiwa sacara samar-samar, campur baur, bahkan ditambahi dengan bumbu yang kedongeng-dongengan. Adalah wajar bila kisah tambo itu mengandung berbagai versi karena tambo itu yang diceritakan oleh pencerita sesuai dengan keperluan atau kehendak pendengarnya.

Terlepas dari kesamaran objektivitas historis dari Tambo tersebut namun Tambo berisikan pandangan orang Minang terhadap dirinya sendiri. Sebagaimana dikatakan oleh Navis Peristiwa sejarah yang berabad-abad lamanya dialami suku bangsa Minangkabau dengan getir tampaknya tidaklah melenyapkan falsafah kebudayaan mereka. Mungkin kegetiran itu yang menjadikan mereka sebagai suku bangsa yang ulet serta berwatak khas. Mungkin kegetiran itu yang menjadi motivasi mereka untuk menghapus sejarah masa silam dengan menciptakan tambo yang kedongeng-dongengan, disamping alasan kehendak falsafah mereka sendiri yang tidak sesuai dengan dengan falsafah kerajaan yang menguasainya. Mungkin kegetiran hidup dibawah raja-raja asing yang saling berebut tahta dengan cara yang onar itu telah lebih memperkuat keyakinan suku bangsa itu akan rasa persamaan dan kebersamaan sesamanya dengan memperkukuh sikap untuk mempertahankan ajaran falsafah mereka yang kemudian mereka namakan adat.

(dari berbagai sumber: http://bacilapuik.wordpress.com)

Tuesday, December 22, 2009

Ingatlah Orang Tuamu

Hari ini, marilah kita menyisihkan waktu sedikit, untuk mengingat kembali seluruh masa kehidupan kita, dari tangis pertama. Pasti, kalau kita mau jujur, terlalu banyak telah kesakitan yang kita berikan untuk orang tua kita. Beberapa di bawah ini hanya bagian kecil saja.

Waktu kamu berumur 1 tahun, dia menyuapi dan memandikanmu. Sebagai balasannya, kau menangis sepanjang malam.

Waktu kamu berumur 2 tahun, dia mengajarimu bagaimana cara berjalan. Sebagai balasannya, kamu kabur waktu dia memanggilmu

Waktu kamu berumur 3 tahun, dia memasak semua makananmu dengan kasih sayang. Sebagai balasannya, kamu buang piring berisi makananmu ke lantai

Waktu kamu berumur 4 tahun, dia memberimu pensil warna. Sebagai balasannya, kamu corat coret tembok rumah dan meja makan

Waktu kamu berumur 5 tahun, dia membelikanmu baju-baju mahal dan indah. Sebagai balasannya, kamu memakainya bermain di kubangan lumpur

Waktu berumur 6 tahun, dia mengantarmu pergi ke sekolah. Sebagai balasannya, kamu berteriak "NGGAK MAU,!"

Waktu berumur 7 tahun, dia membelikanmu bola. Sebagai balasannya, kamu melemparkan bola ke jendela tetangga

Waktu berumur 8 tahun, dia memberimu es krim. Sebagai dalasannya, kamu tumpahkan dan mengotori seluruh bajumu

Waktu kamu berumur 9 tahun, dia membayar mahal untuk kursus-kursusmu. Sebagai balasannya, kamu sering bolos dan sama sekali nggak mau belajar

Waktu kamu berumur 10 tahun, dia mengantarmu kemana saja, dari kolam renang, sampai pesta ulang tahun. Sebagai balasannya, kamu melompat keluar mobil tanpa memberi salam

Waktu kamu berumur 11 tahun, dia mengantar kamu dan temen-temen kamu kebioskop. Sebagai balasannya, kamu minta dia duduk di barisan lain

Waktu kamu berumur 12 tahun, dia melarangmu melihat acara tv khusus untuk orang dewasa. Sebagai balasannya, kamu tunggu sampai dia keluar rumah

Waktu kamu berumur 13 tahun, dia menyarankanmu untuk memotong rambut karena sudah waktunya. Sebagai balasannya, kamu bilang dia tidak tahu mode

Waktu kamu berumur 14 tahun, dia membayar biaya untuk kemahmu selama liburan,. Sebagai balasannya, kamu nggak pernah menelponnya.

Waktu kamu berumur 15 tahun, pulang kerja dia ingin memelukmu. Sebagai balasannya, kamu kunci pintu kamarmu

Waktu kamu berumur 16 tahun, dia mengajari kamu mengemudi mobil. Sebagai balasannya, kamu pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa mempedulikan kepentingannya

Waktu kamu berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telpon yang penting. Sebagai balasannya, kamu pakai telpon nonstop semalaman

Waktu kamu berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika kamu lulus SMA. Sebagai balasannya, kamu berpesta dengan teman-temanmu sampai pagi

Waktu kamu berumur 19 tahun, dia membayar semua kuliahmu dan mengantarmu ke kampus pada hari pertama. Sebagai balasannya, kamu minta diturunkan jauh dari pintu gerbang biar nggak malu sama temen-temen.

Waktu kamu berumur 20 tahun, dia bertanya "Darimana saja seharian ini?" Sebagai balasannya, kamu menjawab "Ah, cerewet amat sih, pengen tahu urusan orang."

Waktu kamu berumur 21 tahun, dia menyarankanmu satu pekerjaan bagus untuk karier masa depanmu. Sebagai balasannya, kamu bilang "Aku nggak mau seperti kamu."

Waktu kamu berumur 22 tahun, dia memelukmu dan haru waktu kamu lulus perguruan tinggi. Sebagai balasanmu, kamu nanya kapan kamu bisa main ke luar negeri

Waktu kamu berumur 23 tahun, dia membelikanmu 1 set furniture untuk rumah barumu. Sebagai balasannya, kamu ceritain ke temanmu betapa jeleknya furniture itu

Waktu kamu berumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya tentang rencana di masa depan. Sebagai balasannya, kamu mengeluh "Aduh gimana sih kok bertanya seperti itu."

Waktu kamu berumur 25 tahun, dia membantumu membiayai pernikahanmu. Sebagai balasannya, kamu pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km.

Waktu kamu berumur 30 tahun, dia memberimu nasehat bagaimana merawat bayimu. Sebagai balasannya, kamu katakan "Sekarang jamannya sudah beda."

Waktu kamu berumur 40 tahun, dia menelponmu untuk memberitahu pesta salah satu saudara dekatmu. Sebagai balasannya, kamu jawab "Aku sibuk sekali, nggak ada waktu."

Waktu kamu berumur 50 tahun, dia sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanmu. Sebagai balasannya, kamu baca tentang pengaruh negatif orang tua yang numpang tinggal di rumah anaknya dan hingga suatu hari, dia meninggal dengan tenang, dan tiba-tiba kamu teringat semua yang belum pernah kamu lakukan, dan itu menghantam hatimu bagaikan pukulan godam.

Maka, jika orangtuamu masih ada, berikanlah kasih sayang dan perhatian lebih dari yang pernah kamu berikan selama ini. Jika orang tuamu telah tiada, ingatlah kasih sayang dan cintanya yang tanpa syarat dan tulus.

Do'akanlah selalu orang tua kita, saudara-saudara kita, sahabat-sahabat kita agar selalu mendapat Berkah dan Rahmat-NYA Hidup ini hanya sekali untuk itu berbuatlah yang terbaik kepada sesama walaupun hanya melalui doa.

SUmber: Resonansi Suara Merdeka 05 Juli 2006


Salam dari Berlin,
2050 22.12.2009

BUNDA

ku buka album biru

penuh debu dan usang

ku pandangi semua gambar diri

kecil bersih belum ternoda


pikirkupun melayang

dahulu penuh kasih

teringat semua cerita orang

tentang riwayatku


kata mereka diriku slalu dimanja

kata mereka diriku slalu dtimang

nada nada yang indah

slalu terurai darinya

tangisan nakal dari bibirku

takkan jadi deritanya


tangan halus dan suci

tlah mengangkat diri ini

jiwa raga dan seluruh hidup

rela dia berikan


oh bunda ada dan tiada

dirimu kan slalu ada di dalam

hatiku ...


Selamat Hari Ibu untuk Ibuku tercinta Khususnya dan para Ibu-ibu diseluruh penjuru tanah air. Semoga lahir generasi-generasi penerus yang hebat dari rahim-rahimnya. Amin.

(Ini cuman sajak lagu, semoga tidak ada yang menangis kalo menyanyikannya)


Salam dari Berlin,
00.21 22.12.2009

Monday, December 21, 2009

Inginku...

Ingin rasanya berpuisi ria,
meluapkan segala rasa dihati,
meringankan beban yang masih tersisa,
namun sayang aku tak pandai berpuisi

Inginku berpantun,
mengekspresikan kesunyian ini,
melepaskan stress yang menumpuk,
namun tetap saja aku tak pandai berpantun

Sunday, December 20, 2009

Garam dan Salju tak Pernah Akur

Sedari pagi langit Berlin cerah oleh cahaya matahari. Namun jangan salah, datangnya sinar matahari bukannya menghangatkan suhu d sini, namun sebaliknya, sinar matahari yang panas tersebut telah menguapkan salju-salju yang ada sehingga suhu udara bisa bertambah dingin.

Malam ini Wisma Duta kedatangan tamu, Bapak Juwono Sudharsono, Mantan Mendiknas yang juga pernah menjabat sebagai Menhan tahun 2004-2009 di era SBY, beserta Ibu. Pada saat Pak Juwono datang, hujan salju mulai sedikit demi sedikit turun, hingga akhirnya cukup deras juga salju yang turun dan memutihkan jalan masuk serta halaman Wisma.

Kalau sudah begini, untuk menghindari adanya kecelakaan pada tamu dan penghuni wisma, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah menyapu salju yang berada pada anak-anak tangga menuju pintu utama. Ternyata cukup tebal juga salju yang menutupi teras Wisma ini. Setelah salju yang menutupi anak tangga tersingkirkan, maka langkah selanjutnya adalah mengambil kantong garam yang sudah disiapkan untuk mencairkan salju bahkan salju yang telah mengeras menjadi es.

Dengan melepaskan kaos tangan kulit yang kupakai, kuraih segenggam garam dari kantongnya dan kutebarkan diseluruh anak tangga agar es yang mash tersisa cair dan hujan salju yang akan turunpun mencair dengan sendirinya, sehingga tidak membuat diriku harus membersihkan lagi salju-salju di anak-anak tangga tersebut.

Syukurlah, begitu tamunya pulang, terlihat olehku kekuatan magic garam masih tersisa untuk menahan salju-salju yang akan mengotori teras lagi...


Salam dari Berlin,
22.05 21.12.2009

Monday, December 14, 2009

Kesederhanaan Kunci Kebahagian

Setiap bentuk kejadian dalam hidup, saya yakini, selalu menghadirkan makna. Saya mensyukuri sekali kehidupan yang bergerak perlahan dari tataran yang sangat bawah. Tatkala hidup dengan makan sangat pas-pasan, selalu terbayang enaknya makan dengan daging yang memadai. Tatkala mengekos di Jakarta dengan kondisi yang sangat panas, rasanya nikmat sekali kalau mampu membeli rumah sendiri walau masih berpanas-panasan. Ketika berpanas-panasan dan bergelantungan di dalam bis kota, sepertinya nikmat sekali kalo bisa memiliki mobil pribadi.

Sekarang, meski masih seperti ini, tidak hanya rasa syukur yang teramat sering saya ucapkan ke Tuhan, tetapi kepala otomatis merunduk ketika menemui orang-orang dengan tingkatan kehidupan di bawah. Ada godaan untuk selalu menolong, bila ada kemampuan untuk melakukannya. Dan yang paling penting, pengalaman meniti tangga kehidupan dari bawah, membuat saya sering ingat akan pentingnya kesederhanaan hidup.

Menurut guru meditasi, Gede Prama, kesederhanaan berfikir dan kesederhanaan hidup itu penting dalam hidup ini, karena ia yang bisa menjadi jembatan yang memadai antara rezeki dan keinginan. Rezeki, sebagaimana kita tahu mengenal batas-batas. Sedangkan keinginan di pihak lain seperti langit, tidak ada batasnya.

Kesederhanaan bisa menjadi jembatan dalam hal ini, karena bisa menjadi ‘manajer’ bagi sang diri. Ia yang memilih mana yang betul-betul perlu, dan mana yang hanya pelengkap saja. Ia yang memisahkan keinginan yang diwarnai egoisme, dengan keinginan yang perlu dipenuhi.

Tidak sedikit keluarga pewaris saham perusahaan besar, yang selama hidupnya berkelahi tiada hentinya. Ditandai oleh banyaknya segi tiga kebencian. Kecurigaan terhadap setiap anggota keluarga. Digabung menjadi satu, kekayaan yang dikumpulkan secara susah payah oleh generasi pendahulu, tidak membuat hidup lebih mudah, malah sebaliknya membuat semuanya jadi sengsara.

Orang yang kaya materi, tidak sedikit yang menyesali hidupnya. Jarang berkata syukur ke Tuhan. Sejumlah kekayaan yang diwariskan orang tua mereka, kerap malah membuat kehidupan penuh perkelahian, kebencian dan perselisihan.

Memang, ada banyak sebab yang bersembunyi di balik fenomena ini. Namun, satu hal pasti, ketidakmampuan untuk hidup dan berfikir sederhana, telah membawa mereka pada lautan kehidupan yang penuh dengan tekanan.

Wednesday, November 25, 2009

Persembahan Untuk Ayah dan Ibu Tercinta

Tentu kita tidak pernah ingat bagaimana dulu kita di dalam rahim Ibunda tercinta. Wahnan 'ala wahnin. Ibu mengandung dengan beratnya selama kurang lebih sembilan bulan. Belum lagi hari-hari beliau yang selalu harus membawa beban kita diperutnya yang semakin hari semakin membengkak. Tiap malam harus terbangun karena terjadi tonjokan-tonjokan kecil yang menggelikan (bener gak sih?)

Ayah, betapapun tidak pernah merasakan mengandung, tapi peran beliaupun tidak kalah penting dalam menjaga kandungan Ibunda. Terkadang Ibu kita waktu mengandung temperamennya meninggi dan Ayah pulalah yang akan jadi sasarannya. Melayani wanita hamil yang sedang ngidam sesuatu adalah hal tersulit yang selalu diceritakan para Bapak-bapak yang istrinya sedang hamil. Harus pontang panting memberikan yang terbaik yang diingikan istrinya. Kepuasan akan terasa begitu istrinya terlihat kembali segar dan bahagia..hehehe..

Mungkin itu juga yang dulu dialami Ibu dan Ayahku tercinta. Bagaimana harus menjalani kehamilan pertama kakakku yang mana itulah adalah kehamilan yang pertama (mungkin sekarang kakaku sudah bisa menjawabnya), dan ayah harus menjaga tiap saat dengan berbagai kekhawatirannya (sekarang jatahnya abangku yang jawab nie..semoga mbak neni sehat selalu). Dengan kondisi yang serba masih belum stabil, baik sandang maupun pangan, harus ngekos serumah dengan yang punya rumah. Tidak bebas layaknya hidup mandiri d rumah sendiri. Selanjutnya untuk kehamilan abangku dan aku sendiri mungkin Ibu dan Ayahku sudah punya strategi tersendiri untuk mengatasinya..hehehe..mantabbzz..

Semua cerita di atas tidak akan dapat diceritakan untuk anak cucunya seandainya tanggal 27 November, 32 tahun yang lalu ayahku tidak jadi mengucapkan akad nikah untuk ibuku dihadapan penghulu dan walinya. Syukurlah akhirnya kata-kata sakti itu muncul dari bibir Ayahku untuk mempersunting Ibuku tercinta dan hingga saat ini keluarga kami selalu dalam kebahagian. Dan itu menjadi kado ulang tahun terindah bagi ibuku pada ulang tahunnya yang ke 24 (so sweet ya..) Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya bagi keluarga kami, selalu dalam lindunganNya.

Selamat Ulang Tahun Ibu,, semoga seiring bertambahnya umur, Ibu selalu dalam lindunganNya. Kesehatan dan keselamatan senantiasa menaungi. Semoga putra putrimu juga dapat memberikan kebahagian yang belum pernah tercapai selama ini. Amin.

Selamat Ulang Tahun Perkawinan untuk Ayah dan Ibuku tercinta.. semoga kebahagiaan dalam keluarga dapat terjaga selamanya. Doakan anakmu yg paling bontot ini segera memberikan cucu ya,,,hehehe.. Amin..

Friday, October 9, 2009

10 Ciri Orang yang Berpikir Positif

10 Ciri Orang yang Berpikir Positif

Semua orang yang berusaha meningkatkan diri dan ilmu pengetahuannya
pasti tahu bahwa hidup akan lebih mudah dijalani bila kita selalu
berpikir positif. Tapi, bagaimana melatih diri supaya pikiran
positiflah yang 'beredar' di kepala kita, tak banyak yang tahu. Oleh
karena itu, sebaiknya kita kenali saja dulu ciri-ciri orang yang
berpikir positif dan mulai mencoba meniru jalan pikirannya.

1. Melihat masalah sebagai tantangan
Bandingkan dengan orang yang melihat masalah sebagai cobaan hidup
yang terlalu berat dan bikin hidupnya jadi paling sengsara sedunia.

2. Menikmati hidupnya
Pemikiran positif akan membuat seseorang menerima keadaannya dengan
besar hati, meski tak berarti ia tak berusaha untuk mencapai hidup
yang lebih baik.

3. Pikiran terbuka untuk menerima saran dan ide
Karena dengan begitu, boleh jadi ada hal-hal baru yang akan membuat
segala sesuatu lebih baik.

4. Mengenyahkan pikiran negatif segera setelah pikiran itu terlintas
di benak
'Memelihara' pikiran negatif lama-lama bisa diibaratkan membangunkan
singa tidur. Sebetulnya tidak apa-apa, ternyata malah bisa
menimbulkan masalah.

5. Mensyukuri apa yang dimilikinya
Dan bukannya berkeluh-kesah tentang apa-apa yang tidak dipunyainya

6. Tidak mendengarkan gosip yang tak menentu
Sudah pasti, gosip berkawan baik dengan pikiran negatif. Karena itu,
mendengarkan omongan yang tak ada juntrungnya adalah perilaku yang
dijauhi si pemikir positif.

7. Tidak bikin alasan, tapi langsung bikin tindakan
Pernah dengar pelesetan NATO (No Action, Talk Only), kan? Nah, mereka
ini jelas bukan penganutnya.

8. Menggunakan bahasa positif
Maksudnya, kalimat-kalimat yang bernadakan optimisme,
seperti "Masalah itu pasti akan terselesaikan," dan "Dia memang
berbakat."

9. Menggunakan bahasa tubuh yang positif
Di antaranya adalah senyum, berjalan dengan langkah tegap, dan
gerakan tangan yang ekspresif, atau anggukan. Mereka juga berbicara
dengan intonasi yang bersahabat, antusias, dan 'hidup'.

10. Peduli pada citra diri
Itu sebabnya, mereka berusaha tampil baik. Bukan hanya di luar, tapi
juga di dalam.

Wednesday, September 23, 2009

Mencari dan memberi yang terbaik


Bosan Hidup (www.suaramerdeka.com)

Seorang pria mendatangi seorang Guru. "Guru, saya sudah bosan hidup.
Benar-benar jenuh. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apapun yang
saya lakukan selalu gagal. Saya ingin mati saja."
Sang Guru tersenyum, "Oh, kamu sakit."

"Tidak Guru, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu
sebabnya saya ingin mati." Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, sang Guru meneruskan, "Kamu sakit. Dan penyakitmu itu bernama 'alergi hidup'".

"Kamu alergi terhadap kehidupan. Banyak sekali di antara kita yang alergi
terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang
bertentangan dengan norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan
ini mengalir terus, tetapi kita menginginkan keadaan status-quo. Kita berhenti
di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita
mengundang penyakit. Penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan
membuat kita sakit. Usaha pasti ada pasang-surutnya. Dalam berumah-tangga,
pertengkaran kecil itu memang wajar. Persahabatan pun tidak selalu langgeng.
Apa sih yang abadi dalam hidup ini? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita
ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita."

"Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu benar-benar bertekad ingin sembuh
dan bersedia mengikuti petunjukku," kata sang Guru."Tidak, Guru. Tidak. Saya sudah betul-betul jenuh. Tidak, saya tidak ingin hidup lebih lama lagi," pria itu menolak tawaran sang Guru.
"Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?" tanya Guru.
"Ya, memang saya sudah bosan hidup," jawab pria itu lagi.

"Baiklah. Kalau begitu besok sore kamu mati saja. Ambillah botol obat ini.
Malam nanti, minumlah separuh isi botol ini. Sedangkan separuh sisanya kau
minum besok sore jam enam. Maka esok jam delapan malam kau akan mati dengan
tenang." Kini, giliran pria itu menjadi bingung. Sebelumnya, semua Guru yang ia datangi selalu berupaya untuk memberikan semangat hidup. Namun, Guru yang satu ini
aneh. Alih-alih memberi semangat hidup, malah menawarkan racun. Tetapi, karena
ia memang sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan senang hati.

Setibanya di rumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang disebut
"obat" oleh sang Guru tadi. Lalu, ia merasakan ketenangan yang tidak pernah ia
rasakan sebelumnya. Begitu rileks, begitu santai! Tinggal satu malam dan satu
hari ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah.

Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran Jepang.
Sesuatu yang tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir. Ini adalah
malam terakhirnya. Ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia
bersenda gurau. Suasananya amat harmonis. Sebelum tidur, ia mencium istrinya
dan berbisik, "Sayang, aku mencintaimu". Sekali lagi, karena malam itu adalah
malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis.

Esoknya, sehabis bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar.
Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan
pagi. Setengah jam kemudian ia kembali ke rumah, ia menemukan istrinya masih
tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat dua cangkir kopi.
Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah pagi
terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Sang istri pun merasa aneh
dengan sikap manis suaminya, kemudian berkata, "Sayang, selama ini mungkin aku
salah. Maafkan aku ya."

Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Karena
siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Ia
menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan menghargai pendapat-pendapat yang
berbeda. Stafnya pun bingung. "Hari ini, Bos kita kok aneh ya?" Sikap mereka
pun berubah kepada Bos, lebih penurut dan tidak ngeyel.

Hidup menjadi lebih indah. Ia mulai menikmatinya.Pulang ke rumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda depan. Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya sambil berkata, "Sayang, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan". Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, "Ayah, maafkan kami semua. Selama ini, ayah selalu tertekan karena perilaku kami."

Sungai kehidupan mengalir kembali. Hidup terasa sangat indah. Pria itu pun
mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi, bagaimana dengan setengah botol
yang sudah ia minum sore sebelumnya?

Ia mendatangi Sang Guru lagi. Melihat wajah pria itu, rupanya sang Guru
langsung mengetahui apa yang telah terjadi dan berkata, "buang saja botol itu.
Isinya air biasa. Kau sudah sembuh."

"Apabila kau hidup dalam kekinian, apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa
maut dapat menjemputmu segera, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan.
Leburkan egomu, keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air. Dan
mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, tidak akan bosan.
Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan.
Itulah jalan menuju ketenangan," jelas Sang Guru panjang lebar.

Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Guru, lalu pulang ke
rumah, untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Ia pun selalu merasa
bahagia, tenang, dan hidup.



"Manusia yang terbaik adalah yang paling banyak membaca, paling bertakwa,
paling sering beramar ma'ruf nahi munkar, dan paling gemar menjalin hubungan
silaturahmi." (Muhammad SAW).

Monday, September 21, 2009

SENDAL JEPIT ISTRIKU


Karya YULIA ABDULLAH (REPOST)

Selera makanku mendadak punah. Hanya ada rasa
kesal dan jengkel yang memenuhi kepala ini. Duh, betapa tidak gemas, dalam
keadaan lapar memuncak seperti ini, makanan yang tersedia tak ada yang memuaskan
lidah. Sayur sop rasanya manis bak kolak pisang, sedang perkedelnya asin tak
ketulungan.

“Ummi… Ummi, kapan kamu dapat memasak dengan benar? Selalu saja, kalau tak
keasinan, kemanisan, kalau tak keaseman, ya kepedesan!” Ya, aku tak bisa menahan
emosi untuk tak menggerutu.

“Sabar Bi, Rasulullah juga sabar terhadap masakan Aisyah dan Khodijah. Katanya
mau kayak Rasul? Ucap isteriku kalem.

“Iya. Tapi Abi kan manusia biasa. Abi belum bisa sabar seperti Rasul. Abi tak
tahan kalau makan terus menerus seperti ini!” Jawabku masih dengan nada tinggi.

Mendengar ucapanku yang bernada emosi, kulihat isteriku menundukkan kepala
dalam-dalam. Kalau sudah begitu, aku yakin pasti air matanya merebak.

*******

Sepekan sudah aku ke luar kota. Dan tentu, ketika pulang benak ini penuh dengan
jumput-jumput harapan untuk menemukan baiti jannati di rumahku. Namun apa yang
terjadi? Ternyata kenyataan tak sesuai dengan apa yang kuimpikan. Sesampainya di
rumah, kepalaku malah mumet tujuh keliling. Bayangkan saja, rumah kontrakanku
tak ubahnya laksana kapal pecah. Pakaian bersih yang belum disetrika menggunung
di sana sini. Piring-piring kotor berpesta-pora di dapur, dan cucian, wouw!
berember-ember. Ditambah lagi aroma bau busuknya yang menyengat, karena
berhari-hari direndam dengan deterjen tapi tak juga dicuci. Melihat keadaan
seperti ini aku cuma bisa beristigfar sambil mengurut dada.

“Ummi… Ummi, bagaimana Abi tak selalu kesal kalau keadaan terus menerus
begini?” ucapku sambil menggeleng-gelengkan kepala. “Ummi… isteri sholihah itu
tak hanya pandai ngisi pengajian, tapi dia juga harus pandai dalam mengatur
tetek bengek urusan rumah tangga. Harus bisa masak, nyetrika, nyuci, jahit baju,
beresin rumah?”

Belum sempat kata-kataku habis sudah terdengar ledakan tangis isteriku yang
kelihatan begitu pilu. “Ah…wanita gampang sekali untuk menangis,” batinku.
“Sudah diam Mi, tak boleh cengeng. Katanya mau jadi isteri shalihah? Isteri
shalihah itu tidak cengeng,” bujukku hati-hati setelah melihat air matanya
menganak sungai.

“Gimana nggak nangis! Baru juga pulang sudah ngomel-ngomel terus. Rumah ini
berantakan karena memang Ummi tak bisa mengerjakan apa-apa. Jangankan untuk
kerja, jalan saja susah. Ummi kan muntah-muntah terus, ini badan rasanya tak
bertenaga sama sekali,” ucap isteriku diselingi isak tangis. “Abi nggak
ngerasain sih bagaimana maboknya orang yang hamil muda…” Ucap isteriku lagi,
sementara air matanya kulihat tetap merebak.

Hamil muda?!?! Subhanallah … Alhamdulillah…

********

Bi…, siang nanti antar Ummi ngaji ya…?” pinta isteriku. “Aduh, Mi… Abi kan
sibuk sekali hari ini. Berangkat sendiri saja ya?” ucapku.

“Ya sudah, kalau Abi sibuk, Ummi naik bis umum saja, mudah-mudahan nggak pingsan
di jalan,” jawab isteriku.

“Lho, kok bilang gitu…?” selaku.

“Iya, dalam kondisi muntah-muntah seperti ini kepala Ummi gampang pusing kalau
mencium bau bensin. Apalagi ditambah berdesak-desakan dalam dengan suasana panas
menyengat. Tapi mudah-mudahan sih nggak kenapa-kenapa,” ucap isteriku lagi.

“Ya sudah, kalau begitu naik bajaj saja,” jawabku ringan.

*******

Pertemuan dengan mitra usahaku hari ini ternyata diundur pekan depan. Kesempatan
waktu luang ini kugunakan untuk menjemput isteriku. Entah kenapa hati ini
tiba-tiba saja menjadi rindu padanya. Motorku sudah sampai di tempat isteriku
mengaji. Di depan pintu kulihat masih banyak sepatu berjajar, ini pertanda acara
belum selesai. Kuperhatikan sepatu yang berjumlah delapan pasang itu satu
persatu. Ah, semuanya indah-indah dan kelihatan harganya begitu mahal. “Wanita,
memang suka yang indah-indah, sampai bentuk sepatu pun lucu-lucu,” aku
membathin.

Mataku tiba-tiba terantuk pandang pada sebuah sendal jepit yang diapit sepasang
sepatu indah. Kuperhatikan ada inisial huruf M tertulis di sandal jepit itu.
Dug! Hati ini menjadi luruh. “Oh….bukankah ini sandal jepit isteriku?” tanya
hatiku. Lalu segera kuambil sandal jepit kumal yang tertindih sepatu indah itu.
Tes! Air mataku jatuh tanpa terasa. Perih nian rasanya hati ini, kenapa baru
sekarang sadar bahwa aku tak pernah memperhatikan isteriku. Sampai-sampai
kemana-mana ia pergi harus bersandal jepit kumal. Sementara teman-temannnya
bersepatu bagus.

“Maafkan aku Maryam,” pinta hatiku.

“Krek…,” suara pintu terdengar dibuka. Aku terlonjak, lantas menyelinap ke
tembok samping. Kulihat dua ukhti berjalan melintas sambil menggendong bocah
mungil yang berjilbab indah dan cerah, secerah warna baju dan jilbab umminya.
Beberapa menit setelah kepergian dua ukhti itu, kembali melintas ukhti-ukhti
yang lain. Namun, belum juga kutemukan Maryamku. Aku menghitung sudah delapan
orang keluar dari rumah itu, tapi isteriku belum juga keluar. Penantianku
berakhir ketika sesosok tubuh berabaya gelap dan berjilbab hitam melintas. “Ini
dia mujahidah (*) ku!” pekik hatiku. Ia beda dengan yang lain, ia begitu
bersahaja. Kalau yang lain memakai baju berbunga cerah indah, ia hanya memakai
baju warna gelap yang sudah lusuh pula warnanya. Diam-diam hatiku kembali
dirayapi perasaan berdosa karena selama ini kurang memperhatikan isteri.

Ya, aku baru sadar, bahwa semenjak menikah belum pernah membelikan sepotong baju
pun untuknya. Aku terlalu sibuk memperhatikan kekurangan-kekurangan isteriku,
padahal di balik semua itu begitu banyak kelebihanmu, wahai Maryamku. Aku
benar-benar menjadi malu pada Allah dan Rasul-Nya. Selama ini aku terlalu sibuk
mengurus orang lain, sedang isteriku tak pernah kuurusi. Padahal Rasul telah
berkata: “Yang terbaik di antara kamu adalah yang paling baik terhadap
keluarganya.”

Sedang aku? Ah, kenapa pula aku lupa bahwa Allah menyuruh para suami agar
menggauli isterinya dengan baik. Sedang aku terlalu sering ngomel dan menuntut
isteri dengan sesuatu yang ia tak dapat melakukannya. Aku benar-benar merasa
menjadi suami terzalim!

“Maryam…!” panggilku, ketika tubuh berabaya gelap itu melintas. Tubuh itu
lantas berbalik ke arahku, pandangan matanya menunjukkan ketidakpercayaan atas
kehadiranku di tempat ini. Namun, kemudian terlihat perlahan bibirnya
mengembangkan senyum. Senyum bahagia.

“Abi…!” bisiknya pelan dan girang. Sungguh, baru kali ini aku melihat isteriku
segirang ini.

“Ah, betapa manisnya wajah istriku ketika sedang kegirangan… kenapa tidak dari
dulu kulakukan menjemput isteri?” sesal hatiku.

******

Esoknya aku membeli sepasang sepatu untuk isteriku. Ketika tahu hal itu, senyum
bahagia kembali mengembang dari bibirnya. “Alhamdulillah, jazakallahu…,”
ucapnya dengan suara mendalam dan penuh ketulusan.

Ah, Maryamku, lagi-lagi hatiku terenyuh melihat polahmu. Lagi-lagi sesal
menyerbu hatiku. Kenapa baru sekarang aku bisa bersyukur memperoleh isteri zuhud
(**) dan ‘iffah (***) sepertimu? Kenapa baru sekarang pula kutahu betapa
nikmatnya menyaksikan matamu yang berbinar-binar karena perhatianku?

(Oleh : Yulia Abdullah)

Keterangan

(*) mujahidah : wanita yang sedang berjihad

(**) zuhud : membatasi kebutuhan hidup secukupnya walau mampu lebih dari itu

(***) ‘iffah : mampu menahan diri dari rasa malu

Tuesday, September 15, 2009

BEGINI

Dahulu kala kuselalu bermimpi
tentang kebahagian yang akan kujalani
Tuhan tahu apa yang terjadi
tapi semua tetap begini

Tuhan Kau tahu
apa yang sedang kurasakan
Meratapi hari dengan kehampaan
membayangkan apa yang akan terjadi nanti

HENING

aku di sini dalam sepi
tanpa siapa-siapa lagi
tak sebebas seperti yang pernah kualami
termangu ku dalam sepi

malam ini kutermenung
menanti datangnya hari yang tak pasti
lama nian waktu berlalu
akankah mampu kulewati semua ini

akankah sia-sia usahaku
berjuang demi kehidupan nanti
namun semua menjadi tak pasti
berubah arah tanpa kumengerti

Sunday, September 13, 2009

Cinta itu...

Cinta itu seperti kupu-kupu. Tambah dikejar, tambah lari. Tapi kalau dibiarkan terbang, dia akan datang di saat kamu tidak mengharapkannya. Cinta dapat membuatmu bahagia tapi sering juga bikin sedih. Cinta baru berharga kalau diberikan kepada seseorang yang menghargainya. Jadi janganterburu-buru, dan pilihlah yang terbaik.
Cinta bukan bagaimana menjadi pasangan yang "sempurna" bagi seseorang. Tapi bagaimana menemukan seseorang yang dapat membantumu menjadi dirimu sendiri. Dan karena itu kamu sempurna.
Jangan pernah bilang "I love you" kalau kamu tidak perduli. Jangan pernah membicarakan perasaan yang tidak pernah ada. Jangan pernah menyentuh hidup seseorang kalau hal itu akan menghancurkan hatinya. Jangan pernah menatap matanya kalau semua yang kamu lakukan hanya kebohongan. Hal paling kejam yang seseorang lakukan kepada orang lain adalah membiarkannya jatuh cinta, sementara kamu tidak berniat untuk menangkapnya...
Cinta bukan, "Ini salah kamu", tapi "Ma'afkan aku". Bukan "Kamu di mana sih?", tapi "Aku disini". Bukan "Gimana sih kamu?", tapi "Aku ngerti kok". Bukan "Coba kamu gak kayak gini", tapi "Aku cinta kamu seperti kamu apa adanya".
Kompatibilitas yang paling benar bukan diukur berdasarkan berapa lama kalian sudah bersama maupun berapa sering kalian bersama, tapi apakah selama kalian bersama, kalian selalu saling mengisi satu sama lain dan saling membuat hidup yang berkualitas.
Kesedihan dan kerinduan hanya terasa selama yang kamu inginkan dan menyayat sedalam yang kamu izinkan. Yang berat bukan bagaimana caranya menanggulangi kesedihan dan kerinduan itu, tapi bagaimana belajar darinya.
Caranya jatuh cinta: jatuh tapi jangan terhuyung-huyung, konsisten tapi jangan memaksa, berbagi dan jangan bersikap tidak adil, mengerti dan cobalah untuk tidak banyak menuntut, sedih tapi jangan pernah simpan kesedihan itu.
Memang sakit melihat orang yang kamu cintai sedang berbahagia dengan orang lain tapi lebih sakit lagi kalau orang yang kamu cintai itu tidak berbahagia bersama kamu.
Cinta akan menyakitkan ketika kamu berpisah dengan seseorang, lebih menyakitkan apabila kamu dilupakan oleh kekasihmu, tapi cinta akan lebih menyakitkan lagi apabila seseorang yang kamu sayangi tidak tahu apa yang sesungguhnya kamu rasakan.

(suara merdeka)

Hadiah cinta seorang ibu (Resonansi-Suara Merdeka)

"Bisa saya melihat bayi saya?" pinta seorang ibu yang baru melahirkan. Ketika gendongan itu berpindah ke tangannya dan ia membuka selimut yang membungkus wajah bayi lelaki yang mungil itu, ibu itu menahan napasnya. Dokter yang menungguinya segera berbalik memandang ke arah luar jendela rumah sakit. Bayi itu dilahirkan tanpa kedua belah telinga!

Waktu membuktikan bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi seorang anak itu bekerja dengan sempurna. Hanya penampilannya saja yang tampak aneh dan buruk.

Suatu hari anak lelaki itu bergegas pulang ke rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan sang ibu yang menangis. Ia tahu hidup anak lelakinya penuh dengan kekecewaan dan tragedi. Anak lelaki itu terisak-isak berkata, "Seorang anak laki-laki besar mengejekku. Katanya, aku ini makhluk aneh.

"Anak lelaki itu tumbuh dewasa. Ia cukup tampan dengan cacatnya. Ia pun disukai teman-teman sekolahnya. Ia juga mengembangkan bakatnya di bidang musik dan menulis. Ia ingin sekali menjadi ketua kelas. Ibunya mengingatkan, "Bukankah nantinya kau akan bergaul dengan remaja-remaja lain?" Namun dalam hati ibu merasa kasihan dengannya.

Suatu hari ayah anak lelaki itu bertemu dengan seorang dokter yang bisa mencangkokkan telinga untuknya. "Saya percaya saya bisa memindahkan sepasang telinga untuknya. Tetapi harus ada seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya," kata dokter. Kemudian, orangtua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan telinga dan mendonorkannya pada mereka.

Beberapa bulan sudah berlalu. Dan tibalah saatnya mereka memanggil anak lelakinya, "Nak, seseorang yang tak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu. Kami harus segera mengirimmu ke rumah sakit untuk dilakukan operasi. Namun, semua ini sangatlah rahasia," kata sang ayah.

Operasi berjalan dengan sukses. Seorang lelaki baru pun lahirlah. Bakat musiknya yang hebat itu berubah menjadi kejeniusan. Ia pun menerima banyak penghargaan dari sekolahnya.

Beberapa waktu kemudian ia pun menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat. Ia menemui ayahnya, "Yah, aku harus mengetahui siapa yang telah bersedia mengorbankan ini semua padaku. Ia telah berbuat sesuatu yang besar namun aku sama sekali belum membalas kebaikannya."

Ayahnya menjawab, "Ayah yakin kau takkan bisa membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan telinga itu." Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan, "Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahasia ini."

Tahun berganti tahun. Kedua orangtua lelaki itu tetap menyimpan rahasia. Hingga suatu hari tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga itu. Di hari itu ayah dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru saja meninggal. Dengan perlahan dan lembut, sang ayah membelai rambut jenazah ibu yang terbujur kaku itu, lalu menyibaknya sehingga tampaklah.... bahwa sang ibu tidak memiliki telinga. "Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali bisa memanjangkan rambutnya," bisik sang ayah. "Dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya bukan?"

Kecantikan yang sejati tidak terletak pada penampilan tubuh namun di dalam hati. Harta karun yang hakiki tidak terletak pada apa yang bisa terlihat, namun pada apa yang tidak dapat terlihat. Cinta yang sejati tidak terletak pada apa yang telah dikerjakan dan diketahui, namun pada apa yang telah dikerjakan namun tidak diketahui.

Sunday, September 6, 2009

Filsafat Cinta Plato

Suatu hari, Plato bertanya pada gurunya, "Apa itu cinta? Bagaimana saya menemukannya? Gurunya menjawab, "Ada ladang gandum yang luas didepan sana. Berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta"

Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun.

Gurunya bertanya, "Mengapa kamu tidak membawa satupun ranting?" Plato menjawab, "Aku hanya boleh membawa satu saja,dan saat berjalan tidak boleh mundur kembali (berbalik)". Sebenarnya aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi tak kuambil ranting tersebut. Saat kumelanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru kusadari bahwa ranting-ranting yang kutemukan kemudian tak sebagus ranting yang tadi, jadi tak kuambil sebatangpun pada akhirnya"

Gurunya kemudian menjawab " Jadi ya itulah cinta"

Di hari yang lain, Plato bertanya lagi pada gurunya,"Apa itu perkawinan?Bagaimana saya bisa menemukannya?"

Gurunya pun menjawab "Ada hutan yang subur didepan sana. Berjalanlah tanpa boleh mundur kembali (menoleh) dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, karena artinya kamu telah menemukan apa itu perkawinan"

Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan membawa pohon. Pohon tersebut bukanlah pohon yang segar/subur, dan tidak juga terlalu tinggi. Pohon itu biasa-biasa saja.

Gurunya bertanya, "Mengapa kamu memotong pohon yang seperti itu?" Plato pun menjawab, "sebab berdasarkan pengalamanku sebelumnya, setelah menjelajah hampir setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan kosong. Jadi dikesempatan ini, aku lihat pohon ini, dan kurasa tidaklah buruk-buruk amat, jadi kuputuskan untuk menebangnya dan membawanya kesini. Aku tidak mau menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya"

Gurunya pun kemudian menjawab, "Dan ya itulah perkawinan"

Saturday, August 22, 2009

Ramadhan di Jerman

Menjelang Ramadhan ini, tidak tampak kemeriahan ataupun nuansa-nuansa akan penyambutan Bulan yang suci di negeri ini. Bahkan aku sendiri belum begitu jelas kapan hari pertama Ramdhan karena suasananya sungguh lain dengan di Indonesia.
Namun di hari pertama puasa, rasanya sungguh berat menjalaninya di Jerman yang mana umat Islamnya sangat sedikit. Banyak sekali terlihat orang-orang bule yang masih enak menikmati kopi di kafe-kafe pinggir jalan, maklumlah mereka tidak mengerti apa itu Ramadhan.
Hari ini aku saur jam 1 malam dan langsung melanjutkan tidur hingga pagi hari. Alhamdulillahnya cuaca yang biasanya panas sekitar 30an derajat hari ini mendadak menjadi 20an derajat, sehingga kesejukannya sedikit meringankan tenggorokan yang sedang menahan dahaga.
Meski siang ini aku harus bersih-bersih halaman yang cukup luas di Wisma Indonesia Berlin, namun dengan cuaca yang sejuk kekuatanku untuk bekerja masih terjaga hingga sore hari sekitar jam 4an setelah pulang dari Jumatan, rasanya jam untuk berbuka mulai melambat. Mungkin kalo aku puasa di Indonesia, jam 4 atau jam 5 sore waktu yang tepat untuk mencari bekal buat berbuka, namun di sini berbeda, waktu berbuka dimulai jam 20.25 artinya dari jam 4 sore hingga waktu berbuka masih panjang sekitar 4,5 jam.
Apalah daya, memang begitulah waktu yang telah ditetapkan Allah SWT. Meski agak payah, namun Alhamdulillah puasa pertamaku di Jerman dapat kulalui dengan baik. Semoga puasa kali ini memberikan barokah bagiku dan umat islam di penjuru dunia. Amin.

Thursday, August 13, 2009

hauptbahnhof in Berlin, Stasiun Gambir di Jakarta



Sekilas houpbahnhof di Berlin ini tidak terlihat seperti stasiun pada umunya, bahkan ketika pertama kali saya melihatnya layaknya seperti mall-mall di Jakarta karena kemegahannya. Houptbahnhof adalah bahasa Jerman yang berarti Stasiun utama, layaknya Stasiun Gambir di Jakarta. Houptbahnhof ini adalah salah satu bangunan di Jerman yang pengerjaan dilakukan 24 jam sebagai bagian dari program untuk memudahkan para penggila bola melakukan perjalanan di Jerman dalam rangka Piala Dunia 2006.

Kecanggihan houptbahnhof ini sungguh menakjubkan. Stasiun dengan beberapa lintasan rel yang bertingkat-tingkat, dan meskipun kereta api hilir mudik di dalam stasiun ini, namun saya sendiri tidak merasakan kebisingan yang berarti seperti kebisingan yang saya rasakan pada waktu berada di Stasiun Gambir. Entah teknologi apa yang mereka gunakan untuk meredam suara-suara bising kereta, yang jelas sungguh nyaman berada di dalam houpbahnhof ini.

Selain kereta dan para penumpang yang berseliweran, di dalam houptbahnhof ini sudah seperti berada di dalam Bandara Internasional saja. Terlihat beberapa counter-counter branded memajang barang dagangan mereka. Semua yang dibutuhkan oleh pengguna transportasi kereta terakomodir di dalam Houptbahnhof.

Sering saya membayangkan seandainya Stasiun Gambir berubah seperti Houptbahnhof ini, atau minimal suara kebisingan kereta-kereta yang ada dapat dikurangi sehingga kenyamanan para pengguna jasa kereta api semakin membaik. Dengan begitu tentunya konsumen yang akan menggunakan jasa kereta api di Indonesiapun akan semakin meningkat.

Monday, August 10, 2009

Bersihin Wisma Indonesia

bangun pagi.....
habis shubuhan langsung cabut ke taman dengan membawa peralatan perangku,,maklum bagian dari hobiku. tanpa disuruh pun aku pasti sudah siap-siap untuk rapiin tanaman agar terlihat bersih dan enak dipandang mata.

Maklumlah kan minggu depan sudah mau 17an di Wisma ini, ada upacara bendera dan makan-makan pesta bagi para student di Berlin dan sekitarnya yang jarang makan masakan Indonesia,, (pada dateng ya prend..)

Emang kerja keras bener hari ini, dari jam 6 dah mulai bersih nah baru kelar tuh jam 11 siang,,tapi semua itu juga karena ada mandornya,,hehehe. Coba kalo karena keinginan sendiri pasti dua jam aja udah tepar deh,,hahaha.

Maklumlah dimandorin habisnya udah di gaji gede sie,,,wekekeke..

Thursday, June 25, 2009

Dengerin RAdio

Malam yang sepi banget di sini ya,,memang siangnya mpe jam 21.30, tapi semua aktifitas bisnis sudah selesai semua hingga pukul 19.00, jadi kalo udah jam 9 malem mo istrahat rasanya gak afdhol karena masih terang mataharinya.
malam ini nikmat sekali rasanya bisa streaming swara gama fm, meskipun tidak bisa mengobati kangenku pada kota jogja tempat separo hatiku berada, namun asik juga bisa mendengarkan musik-musik Indonesia.
setelah kemaren kena semprot habis-habisan dari empunya, rasanya agak sedikit plong ketika dia pergi keluar kota untuk dua malam, namun tak terasa juga ketika dia pergi hari-hari begitu cepat berlalu tanpa ada ketakutan.
Kenyamanan hati memang menjadi hal utama dalam melakukan aktifitas setiap hari. kalo kita bekerja dalam kondisi tertekan sepertinya tidak dapat menikmati dan adanya hanya makan ati. apalagi kalo harus bekerja di negara orang yang jauh dari sanak keluarga, bagaimana mo bisa minta dukungan dan curhat dengan enak?
semoga saja aku bisa melalui hari-hari yang tersisa dengan enjoy...