Wednesday, February 24, 2010
Habis Gelap Terbitlah Terang
Sinar itupun langsung meredup, bahkan hilang
Suara-suara tak mengenakan membayangi
Untuk beberapa detik kebahagianku mulai terusik
Ntah apa yang terjadi
Semua terjadi dalam sekejap
hitungan detik
langsung hilang, gelap
Dan muncul kembali dalam bentuk berbeda
Sangat berbeda
Karena bukan sinar terang
Melainkan cahaya kegelapan sangat
Ketakutan mulai merasuki jiwaku
Akankah selamanya gelap
ataukah akan mucul sinar terang kembali
Semoga Habis gelap terbit kembali terangnya
Berlin,
12.28 24.02.2010
Tuesday, February 23, 2010
Kembali PadaNya
Ketika kita menghadapi yang demikian, tentu saja kita tidak akan dapat menghindarinya atau bahkan menolaknya. Ketentuan Tuhan selalu baik untuk hambaNya meski menurut hamba tersebut hal itu tidak begitu mengasikkan untuknya. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Surah. Al Baqarah:216).
Lalu apakah yang sebaiknya kita lakukan jikalau kita menghadapi situasi dan kondisi yang sedemikian rupa. Mungkin jalan terbaik untuk mengatasi hal tersebut juga harus mengembalikannya kepada Tuhan seru sekalian alam ini yang Maha Kuasa atas segala sesuatunya. Dengan mengembalikan segala persoalan yang membelit diri kita, tentu saja ketentraman hati akan kembali muncul sehingga kita akan dapat menikmati kehidupan yang indah ini dengan tanpa ada beban yang berarti. Seperti bait lagu Gigi:
serahkanlah hidup dan matimu
serahkan pada Allah semata
serahkan duka gembiramu
agar damai senantiasa hatimu
Ya, mari kita pasrahkan segala sesuatunya kepada Allah SWT. Tawakal dan ihktiar menjadi modal utama bagi kita untuk menempuh perjalanan hidup yang tidak dapat kita tebak ini dengan kesejukan hati. Semoga kita menjadi bagian dari orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.
Salam dari Berlin,
18.27 23.02.2010
Monday, February 22, 2010
Berbakti Kepada Orang Tua Kita
Namun sungguh manusia diciptakan dalam keadaan berkeluh kesah. Itulah fitrah sejatinya manusia, tapi apakah sebagai manusia kita akan mengikuti fitrah yang terkesan tidak bersemangat tersebut. Meskipun memang tidak ada salahnya bagi manusia untuk berkeluh kesah mengenai permasalahannya. Sungguh alangkah baiknya seandainya keluh kesah tersebut langsung disampaikan kepada sang Khaliq yang selalu akan mengijabahi permohonan hambaNya yang sedang mengadu kepadaNya. Dalam firmannya Allah SWT menyuruh umat manusia untuk menjadikan kesabaran dan sholat sebagai penolongnya (“Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqarah: 153))
Tulisan ini hanyalah sebuah instropeksi diriku yang selama ini kurang begitu memperhatikan permasalahan ubudiyah. Kesombongan akan diri sendiri akhirnya harus takluk juga oleh kekuatan doa. Sesungguhnya hanya dengan memohon kepada sang Pencipta lewat doa, dan usaha tentunya, maka segala permasalahn hidup kita dapat segera teratasi. Sudah banyak tentunya hal-hal yang kualami benar-benar terjadi berkat doa. Dan yang aku yakin pasti, doa kedua Ayah Ibuku juga menjadi bagian terpenting dalam perjalanan hidupku ini. Masih ingat rasanya ketika akan menghadapi sesuatu, maka aku selalu membiasakan diri untuk melapor kepada dua orang kesayanganku, meski hanya lewat telepon. Mengabarkan bahwa aku besok atau lusa atau pekan depan akan melakukan ini dan itu, dan ketika aku memohon untuk didoakan, keduanya selalu mengatakan bahwa tanpa dimintapun keduanya selalu membayangi langkahku dengan doa. (Sedih banget ya.. akan sebisa mungkin untuk membahagiakan keduanya selagi masih ada waktu yang tersisa). Bahkan seandainya aku harus pergi dinas ke kota maupun pulau lain, bisa-bisa aku akan diomeli seandainya sebelum berangkat tidak memberikan kabar. Dan begitu sampai di kota tujuanpun suatu keharusan untuk berkirim kabar dan begitu juga ketika kembali ke kota asal. (Sungguh, sayang sekali keduanya terhadap kami bertiga).
Begitulah orang tua ya, cintanya sepanjang masa dan semoga cinta kita tidak sepanjang galah. Meski kita tidak mampu untuk membalas semua yang telah keduanya berikan kepada kita (dan tak akan pernah) tentunya akan menjadi suatu keharusan bagi kita untuk terus mendoakannya yang agar menjadi amal jariyah bagi keduanya yang tak akan terputus. Mungkin itulah kebaikan terbesar yang harus kita berikan ketika keduanya sudah harus pergi meninggalkan dunia ini. Semoga kita bisa menjadi anak sholeh sebagai bekal untuk kedua orang tua kita nantinya.
Semoga dapat menjadikan kita untuk lebih bisa menempatkan diri dalam keluarga.
Salam dari berlin,
21.28 22.02.2010
Semua Telah Berubah
Aku hanya terduduk di sofa tua itu
Tak terucap sau katapun dari bibirku
Aku masih terdiam, seribu basa
Yang kutahu adalah semua sudah berubah
Waktu telah begitu cepatnya bergerak
Hingga tak kusadari kalau semua telah berubah
Aku masih terdiam, seribu basa
Asaku kembali muncul
Namun semua sudah berubah
Apakah perubahan itu dapat kurubah?
Aku masih terdiam, seribu basa
Berlin with kopi susu,
09.09 23.02.2010
Friday, February 19, 2010
Kata Mutiaraku
Kesempurnaan muncul dari sebuah kesalahan. Kesalahan bagaikan bumbu dari suatu keberhasilan.
Wednesday, February 17, 2010
Kemerdekaanku Terenggut Kembali
Namun setelah bosku datang lagi ke Berlin, semoga masih ada waktu yang dapat kusisihkan untuk hanya sekedar bercetak cetok ria di atas keyboard laptop putih mungil ini. Karena menulis sedikit dapat mengurangi beban di otakku, meski hanya tulisan yang menurutku tidak berguna sama sekali, tapi aku mengerti makna dari setiap tulisan yang kubuat sendiri.
Berlin,
15.06 17.02.2010
Monday, February 15, 2010
Singgasana Para Pengantin; Ketegaran yang Berbuah Kebahagian
Karya: DR. Ali Qo’imi
Kehidupan keluarga hendaklah dipupuk dengan kasih saying. Masing-masing pihak, suami maupun istri, harus saling bertanggung jawab satu sama lain. Karena itu, keduanya harus saling memiliki ketegaran dan kesabaran yang penuh dalam menghadapi kehidupan. Namun sangat disesalkan, kita seringkali menjumpai sebagian orang, lantaran hasutan serta beratnya pekerjaan dan kehidupan yang digeluti, telah kehilangan sikap semacam ini. Mereka tidak mampu bersikap tegar menghadapi pasangan hidupnya dan hanya lantaran sebab yang sepele, ia langsung bertindak di luar batas sehingga mengancam kebahagiaan keluarga. Dalam tulisan ini akan diketengahkan pembahasan tentang akar-akar penyebab terjadinya persoalan tersebut.
Dalam perjalanan kehidupan manusia selalu diwarnai oleh berbagai bentuk perilaku, kebiasaan dan sikap domestiknya. Dapat dikatakan bahwa setiap orang memiliki cara bertindak dan perilaku yang khas. Dalam dunia kehidupan rumah tangga, bila pihak suami maupun istri bertindak tak ubahnya seorang majikan yang suka memerintah pembantunya, maka tak ada pilihan lain bagi pasangannya kecuali bersikap taat dan berserah diri. Kita seringkali menemui seorang suami yang memperlakukan istrinya seperti pelayan atau budak yang tidak punya pilihan selain ketaatan. Ini tercermin dari pertanyaan-pertanyaan sinis sang suami kepada istrinya seperti; mengapa engkau tidak mengerjakan ini, mengapa tidak engkau hidangkan makanan ini, mengapa dan mengapa. Seperti celoteh interogatif jaksa penuntut dihadapan terdakwa.
Sang suami tersebut lupa bahwa istrinya berdasarkan syariat Islam dan undang-undang, tidak wajib menunaikan pekerjaan-pekerjaan tersebut. Dengan kata lain, pekerjaan-pekerjaan tersebut lebih dipandang sebagai pekerjaan-pekerjaan yang berbobot kemanusian nan mulia yang dilakukan istri karena kasih sayangnya, sehingga patut dipuji dan dihargai bila dilaksanakan sang istri. Sebaliknya pula, kita tak jarang menjumpai seorang istri yang memperlakukan suaminya tak lebih sebagai seorang hamba yang hina dina. Dalam hal ini, keberadaan sang suami tak ubahnya bidak-bidak catur, mengikuti perhitungan, perintah dan larangan istrinya. Dan bila suaminya jatuh miskin, seorang istri akan menyebut-nyebut hal itu seraca memperlihatkan kekayaan dirinya. Perilaku semacam ini jelas tidak sejalan dengan hakikat kemanusiaan serta prinsip dan landasan kehidupan bersama.
Akhlak buruk, sikap kasar, serta tidak adanya ketegaran dalam bergaul merupakan penyebab timbulnya pertengkaran yang dapat merusak kehidupan bersama. Sejumlah penelitian membuktikan bahwa akhlak yang buruk dan tidak adanya ketegaran dalam pergaulan akan menyebabkan ketuaan yang bersifat prematur (tua sebelum waktunya). Penelitian lain membuktikan bahwasanya sebagian besar penyakit hati (lever) disebabkan lantaran pertengkaran, dan tidak adanya ketegaran, khususnya diantara pasangan suami-istri yang gemar berpetualang.
Suasana kehidupan keluarga yang selalu diliputi ketegangan akibat perilaku kasar dan pengekangan yang berlebihan akan menggiring anak-anak ke dalam situasi yang sangat berbahaya. Jiwa mereka niscaya akan terguncang hebat. Selain itu, mereka juga akan kehilangan perasaan tenang yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan mentalnya.
Untuk menelaah sebab-sebab yang tersenbunyi di balik segenap apa yang telah dijelaskan, kami akan mengemukakan sejumlah hal yang dapat menjelaskan permasalahan diatas.
1. Tidak adanya saling pengertian.
Tidak adanya sikap saling mengerti dan minimnya pengetahuan tentang pelbagai ketentuan yang harus dipelihara dalam pergaulan bersama menyebabkan timbulnya berbagai kesulitan yang menjurus pada pertengkaran. Adapun penyebab tidak adanya saling pengertian dan keharmonisan, sebagiannya bersumber pada kesenjangan usia, pengertian dan pengalaman hidup. Sementara sebagian lainnya bersumber dari perbedaan selera dan gaya hidup.
Salah satu hal yang patut disesalkan adalah pasangan suami-istri sekalipun telah menjalani kehidupan bersama selama beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun gagal mengenali kepribadian pasangannya. Padahal, dengan saling mengenal satu sama lain, berbagai persoalan hidup akan dapat diatasi dengan mudah dan keduanya akan selalu bersikap tegar demi menjaga keharmonisan hidup bersama.
2. Kemelut Hidup.
Banyak orang yang memperhatikan dan memnerlakukan aturan-aturan sedemikian rupa hanya demi memenuhi ambisinya semata. Orang-orang semacam ini begitu mudah naik pitam dan marah besar ketika mengetahui adanya kesalahan barang sedikit saja.
Dalam kasus ini, bisa kita bayangkan apa yang akan terjadi misalnya, apabila seorang suami yang begitu ketat memberlakukan aturan pulang kerumahnya, sementara ia menganggap segala sesuatu dalam keadaan baik dan rapi. Namun kemudian ia menjumpai keadaan rumah yang begitu kacau balau dan semrawut. Apa lagi yang akan terjadi kalu bukan pertengkaran dan ocehan yang menykitkan hati
3. Kerja keras
Betapa banyak orang yang gampang mengumbar amarah hanya lantaran sebab-sebab yang sangat sepele. Dalam hal ini, kami menemukan alasannya, pekerjaan yang menumpuk dan melelahkan telah melemahkan jaringan saraf mereka, sehingga menghilangkan kemampuan untuk bersikap tegar dan berfikir jernih . Dalam keadaan demikian, mereka acapkali secara tiba-tiba belaku buruk terhadap istrinya tanpa menyertakan belaskasih sedikitpun dan tanpa sebab yang jelas. Situasinya bahkan sedemikian rupa, sampai-sampai kita menjumpai adanya sebagian istri yang harus bekerja rodi di rumahnya, sehingga menjadikan dirinya nampak seperti mayat hidup. Para istri tersebut sungguh telah kehilangan kemampuannya untuk berinteraksi dengan suaminya secara layak, bijak dan berimbang. Kami mewasiatkan kepada seluruh pasangan suami-istri agar senantiasa bersikap seimbang dalam hal pekerjaan serta memelihara pelbagai batasan kehidupan bersama secara konsekuen.
4. Kekacauan pikiran
Adakalanya kita menjumpai seseorang yang dilanda banyak masalah dan terus berduka lantaran mengalami kekacauan pikiran dan gangguan mental. Hal tersebut pada gilirannya menimbulkan sejumlah problema lain, seperti rasa was-was yang mendorong amarah, tidak dapat bersikap tegar, dan sering berperilaku sangat kasar, karenanya sedikit saja mereka mengalami benturan, niscaya tapi kemarahan akan segera berkobar.
5. Faktor faktor luar
Tak jarang sebuah pertangkaran dalam keluarga dipicu oleh sejumlah faktor yang datang dari luar, misalnya, seorang suami yang bekerja di suatu tempat kemudian bertengkar dengan sejawatnya. Pertengkaran tersebut pada gilirannya begitu membekas dihati sehingga menjadikannya merasa kesal dan mendendam. Kemudian, lantaran suatu sebab, atau bahkan tidak ada sebab sekalipun, ia langsung menumpahkan kemarahan dan dendamnya kepada keluarganya.
Begitu pula dengan seorang ibu rumah tangga yang tidak mampu lagi menguasai dirinya lantaran selalu mengamat-amati kehidupan tetangganya yang hidup makmur. Semua itu kemudian melahirkan penyesalan dalam diri yang tak jarang diungkapkan dalam bentuk keluhan dan tangisan. Sungguh tidak masuk akal apabila seorang suami atau istri lantaran diterjang problema diluar rumah, bersikap mementingkan dirinya sendiri, ketika pulang kerumah, dirinya berusaha menghilangkan kekesalannya dengan cara menumpahkan amarahnya kepada orang orang yang tidak bersalah.
6. Minimnya ketegaran
Seringkali seseorang sampai hilang kesabarannya dan naik pitam ketika menghadapi sejumlah pertanyaan istrinya (yang sebenarnya tidak sampai menyinggung hati). Namun entah mengapa ia langsung gelisah dan berteriak, “Mengapa engkau tidak menjauh dariku?” Biarkanlah aku dengan urusanku! Dalam kasus ini, sang suami sungguh tidak mampu bersikap tegar.
7. Tidak adanya keseimbangan jiwa
Seorang suami yang kehilangan keseimbangan jiwa niscaya akan menderita komplek rendah diri (inferiority complex). Lantaran itu, ia akan selalu menumpahkan segenap problema yang dihadapi pada keluarganya. Dalam hal ini, istri dan anak anaknya akan terjangkit dua hal, penyakit jiwa lantaran ketenangan rohaninya telah hilang sehingga mudah emosi dan menumpahkan amarah kepada segenap hal, dan penyakit sadisme (merasa senang menyaksikan dan menjadikan orang lain menderita).
8. Tidak adanya kelembutan
Tidak adanya kelembutan dan sikap menghargai perasaan orang lain dalam pegaulan acapkali menyulut terjadinya banyak pertengkaran. Keterusterangan tentu merupakan tindakan terpuji asalkan tidak sampai melanggar batas-batas etika dan sopan santun, serta dengan selalu memperhatikan ketegaran pihak lain yang menjadi pendengar. Keterusterangan seperti apakah yang bisa menyulut kobaran api yang melalap seisi rumah atau menjadi pedang beracun dalam diri manusia?
Kehidupan rumah tangga menuntut kecermatan dan kehati-hatian dalam berbicara serta bergaul. Adalah bijak menghindari keterusterangan jika itu hanya akan menyebabkan timbulnya pelbagai pengaruh destruktif. Dalam hal ini, masih banyak cara lain yang dapat ditempuh yang tidak sampai membuahkan akibat buruk. Dalam uraian sebelumnya, kita telah mengetahui bahwa sikap irasional dalam kehidupn bersama (suami-istri) merupakan penyebab langsung terjadinya pertengkaran-pertengkaran yang dapat merontokkan sendi-sendi kehidupan rumah tangga. Untuk itu, baik pihak suami maupun istri dituntut untuk selalu bersikap rasional dalam mengarungi lika-liku hidup bersama demi menepis kabut kelam yang menyelubungi cakrawala kehidupan keluarga.
(disarikan oleh Afita, Qom Iran)
http://islamfeminis.wordpress.com
Sunday, February 14, 2010
KEKALAHANKU
Aku hanya diam membisu. Tak bergerak sama sekali. Sesekali melihat sekeliling, memperhatikan teman-teman kecilku yang dengan indahnya bergerak kesana kemari dengan tawa renyahnya. Semua ini adalah latihan untuk sebuah penampilan gabungan yang bakal diadakan di alun-alun kota Kendal.
Lebih parahnya lagi, ketika puncak penampilan di alun-alun tersebut, aku tetap saja terdiam, membisu. Ditengah-tengah kegembiraan yang terjadi, diriku malah seakan-akan tersiksa. Rasanya ingin berteriak sekencang-kencangnya, memberitahu kepada khalayak ramai yang sedang asik memandangi anak-anaknya bahwa aku gak mau ikutan seperti ini, aku malu untuk bergerak-gerak dan bergoyang seperti ini. Tapi ternyata aku hanya membisu.
Protesku hanya berhenti ditenggorokan, tak sampai keluar menjadi suara lantang seperti waktu ikut orasi menjadi calon presiden BEM fakultasku. Dan tidak ada yang menggubris kediamanku, semua asik khusuk melihat anak-anaknya masing-masing, sementara aku berada ditengah-tengah lapangan. Matahari juga tidak secara otomatis mengucapkan belasungkawa, untuk mau sejenak menghilang dan menjadi awan mendung yang kemudian turun hujan lebat sehingga acara itu pasti akan dibubarkan. Ketika itu benar-benar terjadi pasti aku sangat gembira, riang tak terkira. Dan penduduk duniapun akan kaget, mereka pasti bertanya-tanya, ada apa ini? "Ooo ini ada anak TK yang tinggal di sebuah kampung di Pinggiran Kota Kendal sana, namanya Kamal Aziz sedang murung karena malu untuk ikut bergerak bersama teman-temannya di alun-alun sana."
Sungguh betapa gembiranya aku jika hal itu terjadi. Tapi nyatanya tidak. Matahari tetap saja menyinari alun-alun itu dengan teriknya. Pedagang es pun tetep berteriak 'es cendol es cendol' dengan gagahnya. Begitu juga dengan hansip-hansip yang berjaga juga tetap berdiri dengan tegapnya seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa di tengah alun-alun sana. Jangankan menaruh iba kepada seorang Kamal, andainya acara di alun-alun itu ditiadakan, apa peduli mereka.
Pendek kata, sebetulnya tidak ada yang peduli dengan urusan kita, termasuk kekalahan, kemarahan, kejengkelan, kedengkian kita, kecuali diri kita sendiri. Kita terlalu serius pada urusan diri sendiri sementara orang lain juga pasti terlalu sibuk dengan urusan mereka. Maka menyangka bahwa mereka sibuk mengurus urusan kita termasuk kekalahan kita adalah sebuah kekeliruan. Tetapi keliru prasangka itulah yang diteruskan hingga hari ini.
Jika sebuah partai kalah, atau seorang caleg gagal misalnya, langit memang terasa runtuh. Tapi langit yang runtuh itu pasti cuma langit mereka. Langit yang asli masih baik-baik saja. Mereka merasa orang di seluruh dunia tengah menyorakinya. Padahal tidak. Jangankan untuk menyoraki, untuk menghafal nama-nama mereka saja warga dunia ini tak punya waktu. Tapi karena mereka menyangka kita semua ini tengah gembira melihat si kalah itu kecewa dan malu, tergeraklah si kekalahan itu untuk menyalahkan daftar pemilih bermasalah, mengobrak-abrik Kantor KPU sampai hendak memboikot hasil pemilu.
Padahal yang menyoraki kekalahan itu tidak ada. Kalau pun ada jumlahnya paling sedikit saja. Penyorak terbesar pasti diri kita sendiri. Untuk itulah kenapa kita butuh menyalahkan dunia seisinya untuk sakit hati atas kekalahan ini.
Salam dari Berlin,
12.25 14.02.2010
Tuesday, February 9, 2010
Dagelan Politik SiBuYa
Namun setelah beberapa saat dalam ketakutan yang sangat, dikerumuni gerombolan yang tidak jelas dari mana saja asalnya, SiBuYa berusaha untuk menenangkan diri, berdoa sekhusyuk mungkin agar terhindar dari malapetaka dihari ini. Dari gaya bahasanya, SiBuYa sungguh tidak bisa memahami dari mana sesungguhnya asal daerah mereka, dengan bahasa yang penuh dengan teriakan dan ejekan kepada seseorang yang namanya hampir mirip dengannya, entah itu nama seseorang atau nama SiBuYa sendiri.
Skenario dagelan politik sedang disusun oleh sebagian orang dari negeri ini. Disusun sesuai dengan arahan produser dan beberapa gelintir person yang berada disekeliling produser tersebut. Produser kali ini tidak banyak berbicara hanya mendengarkan masukan-masukan dari para pembantunya untuk kemudian menentukan putusannya. Kalang kabutnya produser tak kalah sebagaimana kalang kabutnya SiBuYa saat berada dalam kerumunan gerombolan yang ada di Bundaran HI sana.
Harga diri Produser dipertaruhkan dalam skenario kali ini. Bagaimana tidak, seandainya produser gagal dalam menampilkan penampilan yang menarik dalam dagelan ini, maka tentu saja posisinya sebagai produser hebat, yang sudah pernah menjadikan dagelan sebelumnya sebagai box office akan dicemooh dan pastinya akan lengser dari posisinya sebagai produser saat ini. Tentunya sudah banyak calon-calon pengganti yang dengan senang hati akan mengambil alih posisinya.
Begitulah kondisi yang sekarang ada di Indonesia. Topik hangat tentang Skandal Bailout Bank Century sebesar 6.3 Truliun telah membuat negara ini gonjang ganjing. Topik yang menjadi hot issue bagi sebagian besar media massa maupun media elektronik di Indonesia. Perang argumentasi atau bisa disebut perang mulut dan keberanian dipentaskan dalam sidang Pansus Century. Ruhut Sitompul memainkan peran besar sebagai provokator yang perannya sering menjadi omongan publik. Tapi sepertinya keahlian dia sebagai seorang artis ibu kota sedikit memberikan tekanan kepada anggota pansus maupun saksi ahli yang dihadirkan pada waktu itu. Namun sikap arogannya sendiri terkadang telah menjadi bumerang sendiri untuknya karena akhirnya menurunkan simpati masyarakat kepadanya khususnya dan kepada Partai yang mana dia menjadi kadernya.
Tidak ada teman abadi dalam politik, yang ada hanyalah kepentingan yang sama. Diawal bergulirnya skandal ini kedalam sidang pansus DPR, Ruhut Cs merasa yakin sekali dengan kekuatannya untuk dapat mementahkan bukti-bukti yang telah dibawa ke pansus. Isu Reshuffle didengungkan untuk sekedar memberikan shock therapy kepada rekan-rekan koalisinya agar tetap solid untuk membawa gerbong pansusnya sesuai dengan arahan produser. Berbagai pertemuan tingkat tinggi telah diadakan sang Produser, bahkan yang terakhir diadakan diatas kapal perang.
Fenomena kekuatan gerbong Ruhut Cs sepertinya hampir lepas. Kekuatan besi-besi penyambung seakan-akan hampir terlepas. Isu Reshuffle yang digelontorkan tidak menjadi halangan bagi gerbong-gerbong lainnya untuk mengungkapkan kebenaran mengenai Skandal Century ini. Bahkan Gerbong-gerbong tersebut telah siap dengan data-data validnya untuk mengungkap kebenaran yang sudah ditunggu masyarakat ini. Namun politik bukanlah itungan matematis, semuanya masih dapat berubah sampai hari sidang paripurna pansus DPR digelar sebagai babak final dagelan politik yang sedang ditampilkan.
13.30 09.02.2010
Terperosok
Sejak saat itu selalu diinjak-injak
Aku tak sanggup untuk bangun lagi
Jongkokpun sudah tak mungkin
Serasa badanku terkuliti
Perih
Sakit
tak terobati
Kapan siksaan ini akan berakhir
Mungkinkah segera berakhir
Aku sudah tak sanggup
Hanya berharap semoga berakhir
00.35 09.02.2010
Sunday, February 7, 2010
Menjemput Impianku
Aku bukan manusia jalanan apalagi jalang. Aku manusia biasa yang terkadang hatiku terketuk meski untuk sesaat. Kata orang hati itu selembut sutera, namun punya kekuatan yang tak terhingga hingga dapat menghancurkan dunia. Begitu juga mungkin dengan hatiku. Hati yang menurut orang terlalu keras, namun sungguh banyak kelembutan yang muncul dalam diriku yang hina tapi tidak dina ini. Kadang aku muncul dalam sosok setan yang berbuat sekendak hati dan terkadang pula aku akan menjelma menjadi seorang malaikat yang siap menebar kebaikan di muka bumi ini. Maka sungguh Allah Maha Sempurna yang telah menamakan segumpal darah itu sengan "qalb" atau "qalbun" bukan kalbun. "Qalb" yang menurut bahasa berarti bolak balik atau selalu berubah-ubah. Alquran sering mengidentikkan kata qalb dengan ’aql, seperti dalam QS 22:46.
Aku selalu merasa kecil. Seakan-akan aku adalah manusia terburuk yang pernah dilahirkan di dunia ini dari rahim seorang Ibu. Dilahirkan sebagai seorang muslim, kemudian dibesarkan dalam pendidikan dan pembelajaran keluarga yang beragama. Maka inilah aku saat ini seperti yang sahabat-sahabatku kenal. Apakah seandainya aku dilahirkan di jalanan dan kemudian didik dan belajar dari sistem jalanan, akan seperti saat inikah diriku? Wallahua'lam Bisshowab. Hidayah tentu tidak akan datang begitu saja ke dalam diri manusia-manusia, namun hidayah harus dijemput, kita harus bergerak untuk mendapatkannya. Bagaimana mungkin hidayah akan datang seandainya aku hanya duduk, makan dan tidur.
Layaknya hidayah, jodoh pun tentunya tidak akan datang sendirinya, meskipun banyak yang bilang "kalau jodoh gak kemana". Aku harus menjemput impian itu, sebuah impian yang dapat menyempurnakan setengah dari agamaku. Kondisi yang seperti ini yang saat ini terasa begitu mengganggu pikiranku. Sejauh mana hukum nikah untukku, apakah wajib, sunah, mubah, makruh atau bahkan haram? Keinginan untuk segera meminang seorang wanita sholekhah yang akan menjadi teman seperjalanan dalam mengarungi bahtera rumah tangga menuju keluarga sakinah mawaddah wa rahmah kuat sekali muncul dalam benakku. Memiliki keturunan dan mendidiknya untuk menjadi generasi madani masih menjadi angan-angan yang kosong. Entahlah, kapan aku akan bertemu dengan calon isteri yang akan menjadi ibu dari anak-anakku kelak.
Allah SWT selalu tahu yang terbaik untuk hambaNya yang bodoh ini. Ketidakmudahanku untuk segera menemukan jodoh tentunya tidak lepas dari rencana Allah SWT. Tuhan tidak sedang bermain dadu, sebuah judul buku yang terbitkan oleh Gramedia. Allah, Tuhanku tentunya juga sudah punya rencana yang sudah termaktub dalam Lauhul Mahfudz (tidak bermain dadu), kitab yang telah ditulis untukku ketika aku berusia 4 bulan dalam kandungan ibunda. Hanya usaha dan doa yang dapat kulakukan dalam menjemput impianku untuk menyempurnakan setengah agamaku. Ntah tahun ini, tahun depan atau beberapa tahun kedepan, tapi insyaallah aku akan siap setiap saat ketika Allah telah meberikan jalan bagiku.
Salam dari Berlin,
Kamal
13.00 07.02.2010
Saturday, February 6, 2010
Temanku Seorang Tukang Parkir
Tentunya ada benarnya juga yang disampaikan teman tersebut (mungkin karena ketidaktahuannya) tentang modal seorang tukang parkir hanya dengan rompi kuning dan peluit. Fenomena ini sekarang telah menjamur diberbagai pelosok daerah. Bahkan mungkin sekarang disepanjang jalan Hayam Wuruk UNDIP sana, ada mungkin sekitar 20an tukang parkir yang mematok tanah dipinggiran jalan Raya sebagai HMnya.
Sebagai seorang yang dilahirkan dan bergelut dalam lingkungan yang cukup berkekurangan, profesi tukang parkir tidaklah terasa aneh bagi saya pribadi, meskipun ada banyak pengalaman pribadi yang cukup tidak mengenakkan dengan tukang parkir juga seperti yang dialami teman pemilik blog sebelah. Di kampung saya, weleri,cukup tersohor bagi para sopir bus malam dan juga pedagang antar kota yang sering berlalu lalang melewati jalur pantura. Letaknya yang berada di simpang tiga Semarang - Jakarta dan Jogja - Jakarta menjadikan weleri kota kecil yang cukup maju dibandingkan dengan kecamatan lain di Kendal.
Di Desa saya, ada beberapa rekan yang telah menjalani profesinya sebagai tukang parkir. Saya juga pernah beranggapaan bahwa rekan tersebut tidak perlu bermodalkan materi untuk menjadi seorang tukang parkir, cukup kekuatan untuk bertahan disuasana terik dan mungkin juga keberanian untuk menghardik para pemilik kendaraan yang tidak mau memberikan uang parkirnya. Semua persangkaan saya terbantahkan sudah ketika dia bercerita bagaimana susahnya mencari pinjaman untuk membeli hak kepemilikan atas beberapa meter persegi lahan parkir untuknya. Saya tidak begitu tahu nominal yang harus dikeluarkan rekan tersebut, namun dari beberapa kali perbincangan saya dengan tukang parkir yang ada di Pasar Weleri, lahan parkir yang pada awal-awal berdirinya Pasar tersebut hanya cukup dibayar dengan uang sebesar 5 juta untuk beberapa meter persegi, saat ini telah naik beberapa lipat harganya.
Sungguh ironis apa yang terjadi di negeri ini. Tukang parkir sudah menjadi sebuah profesi tersendiri yang awalnya dibangun oleh kekuatan premanisme sebagai bagian dari mata pencaharian bagi para preman di kota-kota besar. Tukang parkir sendiri terkadang juga diartikan sebagai preman. Saya coba ketik keyword „Tukang Parkir dan Preman“ di search engine, dan ternyata memang kata tukang parkir selalu identik dengan premanisme. Bukan jasa parkir (penjagaan) yang mereka berikan, namun jasa sewa lahan bagi kendaraan yang berhenti dilokasinya.
Mungkin hal ihwal tukang parkir identik dengan preman hanya ada di kota-kota besar. Sepertinya di Weleri tukang parkir layaknya teman bagi saya, meski ada beberapa lokasi yang kadang membuat saya juga jengkel dengan tukang parkirnya. Bahkan terkadang ada juga yang tidak mau dikasih imbalan karena ternyata kenal dengan Ayah atau Ibu saya. Tapi untuk kesekian kalinya akhirnya harus saya paksa juga agar dia mau menerima imbalan dari saya.
Begitulah kehidupan yang saya jumpai dalam kehidupan bermasyarakat. Banyak tentunya perjuangan yang harus dilakukan sesorang untuk dapat bertahan hidup dalam lingkungan yang semakin hedonis. Ketika rasa empati telah mati, maka keakuan akan muncul yang kemudian melahirkan sesuatu yang dapat berakibat buruk dalam kehidupan bermasyarakat. Semoga kita menjadi orang-orang yang peka akan lingkungan sekitar kita.
Salam dari Berlin,
kamal
18.07 06.02.2010
Nilai Budaya Bangsaku
Tapi di hari Jumat ini tentu saja aku tidak bisa begitu saja seenaknya bersantai-santai ria melakukan rutinitas yang kadang menjemukan, tapi juga mengasikkan karena bisa berceloteh ria dengan rekan-rekan sejawat yang ada di benua lain antah berantah, Indonesia. Ada hal yang harus disegerakan dihari ini sebagai seorang muslim yang taat kepada Allah SWT Tuhan Seru Sekalian Alam, menunaikan ibadah sholat Jumat yang datangnya pasti di hari Jumat. Dengan berpakaian rapi layaknya hendak ngantor tentunya, meski tanpa dasi, karena emang lagi gak ada jadwal dikantor.
Begitu hendak keluar dari gerbang rumah, mas agus sebagai rekan sejawat yang juga tinggal serumah denganku, kuminta tolong dulu untuk membuka pintu gerbang matic yang terkadang berhenti tersangkut es yang memang sudah menggumpal di rel gerbang tersebut. Maklumlah, karena kondisi jalanan yang masih licin, tentunya kita tidak boleh ragu memainkan gas mobil agar tidak terjebak di dalam kubangan es seperti malam sebelumnya (http://legalact.blogspot.c
Begitu sampai di jalan raya beraspal, rasanya musim ini bukanlah winter. Jalanan begitu bersih, hitam kelam seperti selesai disikat dengan sikat yang sangat besar, hanya sisa-sisa sedikit air yang terciprat oleh ban mobil rekan seperjalanan yang kadang mampir di kaca mobil. Berkendaraan di Berlin memang serasa berkendara di sirkuit dengan lintasan yang telah ditentukan untuk masing-masing perserta lomba. Semua peserta begitu rapi dijalurnya masing-masing dan mengerti akan kepentingan dam kemampuan mobilnya. Yang merasa mampu maka dia akan mengambil jalur paling kiri dan tentunya untuk mobil yang tidak kuat bersaing akan mengalah untuk memilih jalur kanan bersama dengan bis dan mobil-mobil truk box.
Keteraturan menjadi pemandangan yang mengasikkan dijalanan. Sikap saling memberi kepada pengendara lain kesempatan untuk masuk dan keluar dari lintasan begitu terlihat dalam keragaman merk mobil yang ada. Meski negara dengan komunitas muslim yang sangat minim, namun sikap untuk saling menghormati dan menghargai sungguh terasa sekali. Bisa kita bayangkan, bagaimana susahnya kita untuk masuk ke jalan raya di Jakarta jika kita baru keluar dari jalan kampung. Atau bahkan untuk berpindah jalur saja nyawa kadang harus dijudikan, andai saja mobil dibelakang atau disamping tidak mau mengalah dan bahkan dengan gayanya memelotokan matanya sambil bermain klakson yang memekakkan telinga. Ah, emang sudah rusak sepertinya budi pekerti budaya ketimuran kita yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai penghargaan terhadap sesama.
Aturan hukum sudah tidak artinya lagi bagi pengendara kendaraan di negara kita. Ntahlah, tentunya banyak faktor yang mempengaruhi pergesaran budaya yang saat ini ada. Kadang saya pribadi merasa kangen menekan-nekan klakson mobil, gatel rasanya mobil bagus sudah diberi fasilitas klakson tapi gak digunakan dengan baik..hehehe. Hanya bisa berdoa semoga terjadi perubahan yang cukup mendasar akan mental dan akhlak bangsa ini yang selalu melaksanakan ibadahnya dengan baik. Sehingga amalan-amalan ibadahnya akan menjadi bekas yang baik yang akan diterapkannya dalam perikehidupan bermasyarakat.
Salam dari Berlin,
kamal
02.24 06.02.2010
Friday, February 5, 2010
Indahnya Hidup Ini
meski sesekali kalah oleh mentari
hujan hilang digantikan pelangi
sungguh indah hidup ini
hidup cuman sekali
tak sopan tuk ditangisi
tak elok pula tuk disesali
semua harus disyukuri
bunga mawar tanda cinta di hati
meski berduri tapi menarik tuk dimiliki
indahnya patut dipuji
hatiku riang menanti hari
Alhamdulillah, akhirnya bisa juga menelurkan pantun
meski udah lupa ni pantun make sajak apa ya
tapi tak apalah, lumayan untuk pemula.
Sekedar menuliskan apa yang ada diotak ini.
00.24 06.02.2010
Lepas Bebas
seger banget rasanya udara pagi ini
sepoi-sepoi kaya di puncak gunung
jadi pengen naik gunung lagi euy..
nikmatnya naik gunung tuh fresh
melihat pemandangan alam
jauh dari hiruk pikuk keramaian kota
jauh dari kerjaan yang nambah beban pikiran
bebas berteriak sekeras-kerasnya
jan nikmat banget deh pokoknya
tidur di tenda
masak indomie
masak nasi
masak bubur
buat kopi
buat teh
buat ager-ager
hahahahaha,,,, terbang sebebas merpati..
hwaaaa...kangen jadinya sama anak2 diksar nebula
temen seperjuangan masuk UKM Nebula
Mega, Lendra, Anti ma Nindya
Survival gak pada makan apa-apa
untung gak mpe sepekan survivalnya ya..
jadinya gak jadi makan cacing deh,,,huek..hahaha
berharap pas pulang bisa menjelajah Rinjani deh
seminggu di gunung
hmmm,,,pasti nikmat banget
lepas....bebas...
Amin ya Rabb...
RencanaMu
pengen ketawa rasanya
kok bisa ya aku ada di berlin?
lucu...lucu deh..
Di Berlin merasakan dinginnya salju
Berperang dengan hawa yang menusuk sumsumku
dan Berperang untuk suevive demi masa depanku
Aku punya rencana
rencana yang sampai saat ini masih diijabahi Allah
itu yang kurasakan selama ini
Namun untuk beberapa rencana
ternyata Allah punya rencana sendiri untukku
terkadang aku berontak diawal-awal
namun pada akhirnya aku sadar
Allah Maha Tahu yang terbaik untuk hambaNya
Namun rencana yang ini sepertinya sungguh sulit untukku
ketika keinginan dan kemampuan sudah ada
kenapa harus ditunda-tunda untukku ya Allah
Ada rencana apalagi dariMu untukku?
Ingin kusempurnakan setengah agamaku
namun belum Kau ijinkan juga untuk itu
Apakah aku belum siap untuk itu ya Allah
Apakah ingin Kau tunda agar aku bertemu dengan Bidadari pilihanMu
Kuserahkan semua urusanku kepadaMu ya Allah
'Inna ma'al usri yusyro wa inna ma'al usri yusyro'
Thursday, February 4, 2010
Lupa Idenya
Huff... maaf... ide tulisannya ilang...
dapaet panggilan darurat dari luar pagar
mobilnya kang agus nyelip di es
Ya Allah,,,susah banget ngeluarinnya
serasa gak berdaya dorong mobil diatas es yang licin
baru kali ini, di Jerman lagi, sering banget dorong mobil yang nyelip
tapi Alhamdulillah setelah disekopin dan diguyur air panas,,akhirnya bisa juga keluar dr es..
huff....cukup,,,Ya Allah
semoga air hujannya gak jadi es besok pagi,,
gak mau dorong-dorong mobil lagi..
Gerimis
hanya bisa berharap semoga saja malam ini suhu gak minus
jadi air hujannya gak jadi es
takut kalo jadi es bisa licin banget
Kangen...
kangen mbaca..
mbaca apa aja..
tapi sayang,,cman 3 buku dari indo yang kubawa
dan cuman 1 yang menarik
dan sekarang sudah habis terbaca...
Kangen baca filsafat
enak,,renyah,,
serasa terbang ke alam bebas
udah lama sekali sepertinya otakku tumpul
sejak mulai bekerja rasanya kok jadi males baca ya
berarti itu udah 3 tahun yang lalu dong ya
padahal aku dah borong buku-buku bagus loh
cuman menumpuk dipojok lemar kos
dengan sampul plastiknya yang masih tertutup
begitu mau berangkat ke jerman
ntah pada dikemanain tuh buku ya
lupa...hahahaha...
padahal tuh karya-karya Paulo Coelho yang terbaik
tapi tak apalah
nanti pulang indo borong lagiiiii...
Muuuuuuuuuuuuach,,,kangen mbaca...
i luv reading...
Tuesday, February 2, 2010
Belum Rejeki Tuh,,,,hahaha
Ntah ya,,beberapa saat ini rasanya kok seneng sekali ya baca esainya Prie GS di Suara Merdeka Online. Enak sekali bahasa yang dipakainya, sederhana dan cukup memberi masukan moril bagi jiwa yang sedang gundah gulana ini,,hohoho
Esai yang baru kubaca kali ini Rumus Kehilangan. Secara tidak disadari, hal manusiawi tentunya jika kita kehilangan sesuatu yang kita sayangi, pastinya rasa marah yang pertama kali akan muncul dan tentunya sedihlah ya (menurut Kang Prie ada satu lagi yaitu rasa tersinggung karena direndahkan). Apalagi jika kehilangan itu disebabkan oleh pencurian, wah bisa marah besar tuh. Kalau ketemu pencurinya pasti rasanya pengen nampol aja,,wakakakaka..
Ya itulah yang biasa terjadi dalam kehidupan kita. Meski ada beberapa orang tentunya yang bisa saja dengan ihklas menerima kehilangan tersebut dengan slogan 'belum rejeki' atau 'ikhlasin aja nanti toh ada gantinya'. Ya kalau secara pribadi sie tentunya rasa marah dulu yang muncul kalau aku harus menghadapi hal demikian, dan kemudian setelah reda kemarahannya, barulah akan berucap salah satu dari dua slogan itu untuk menenangkan hati ini,,hehehe..
Mungkin inilah sisi penentram yang harus kita keluarkan, merasa legowo meski sebetulnya masih marah dan sedih. Masih menurut Kang Prie lagi, "jika seseorang sedang bersedih, kesedihan itu akan begitu menyita ruang sehingga menolak kegembiraan yang sebetulnya ingin muncul sebagai teman". Sebenarnya cuman kalimat ini saja yang menjadi inspirasi tulisan ini. Yang atas-atas mah bumbu-bumbu yang sengaja dibalut sedenikian rupa sehingga cukup menarik untuk dibaca.. heheheh..
Salam dari Berlin,
Kamal
23.35 02.02.2010
Obat Kram Otakku
Sudah lama sekali rasanya tidak membaca buku-buku dari toko Gramedia ataupun Toga Mas. Padahal dulu waktu kuliah hobiku main ke Toko Buku Toga Mas yang ada di Peleburan, lumayanlah harganya lebih miring dibandingkan dengan Gramedia, dan cukup dekat dengan kos-kosanku. Buku terakhir yang kubaca Negara Kelima, mungkin akhir desember 2009 kemaren baru kelar, buku ini sengaja kubawa dari Indonesia karena menurut temenku novel yang cukup menarik. Dan itu cukup terbukti memang novel yang cukup mantap, penataan konflik yang sedemikian rupa sehingga sulit untuk membaca alur yang ada, meski beberapa lembar sebelum finish sudah sedikit dapat ditebak arahnya.
Menariknya dari Negara Kelima juga dari sisi ilmu sejarah yang dikemas didalamnya. Sejarah tentang Sumatera Barat dan proses relokasi pemerintah darurat Indonesia pada awal-awal kemerdekaan. Jadi sedikit tahu tentang Padang dan jadi pengen ke sana, karena kata ayahku, kakekku juga berasal dari Padang, tapi sudah tidak tahu lagi relasi yang ada di sana, hal ini dapat dimaklumi karena memang orang Padang adalah pengembara yang pantang menyerah.
Sebenarnya ada 2 buku lagi yang aku bawa BLINK 'Kekuatan Berpikir tanpa Berpikir' http://en.wikipedia.org/wiki/Blink_%28book%29 dan The Female Brain. Dari dua buku ini hanya BLINK yang sempet kubaca beberapa halaman depannya. Dari sampulnya, buku cukup menarik untuk dapat mencuri perhatiannya para penggila buku. Tentunya dengan slogannya 'The Power of Thinking Without Thingking'. Tapi memang slogan don't jugde the book by its cover memang bener adanya..hahaha. Begitu lembar demi lembar telah kubaca tentunya ada garis besar sudah dapat aku temukan darinya yaitu " 5 detik pertama yang menentukan".
Namun begitu kubaca halaman selanjutnya dan selanjutnya, pembahasannya lebih ke arah analisa psikologi yang mana sepertinya dengan tanpa dasar ilmu psikolgi yang memadai cukup sulit untuk dapat menelaah isi dari buku tersebut dengan baik. Pengalaman ini tak jauh beda dengan jaman ketika aku SMU dulu membaca Emotional Intellegence-nya Daniel Goleman yang penuh dengan bahasa-bahasa psikologi. Begitu juga dengan Tafsir mimpinya Sigmund Freud.
Hahaha,,,kadang lucu juga ketika menyadari buku-buku yang kubaca beberapa diantaranya berkaitan dengan psikologi. Tapi memang sepertinya diriku ada bakat kali ya untuk jadi seorang psikolog, tapi ternyata garis tangannya melenceng nih ke hukum. Itulah jalan hidup ya, mungkin kita hanya bisa berikhtiar dan tawakal, namun keputusan selalu ada ditanganNya. Akan tetapi bagaimanapun juga ilmu psikologi tak pernah lepas dari kita dalam hal berhubungan dengan manusia lainnya yang mana dengan bekal itu kita dapat membina hubungan yang baik dengan makhluk ciptaan Allah lainnya.
Salam dari Berlin,
Kamal
23.09 02.02.2010
Guratan Tak Berarah
Sebenarnya sehari-hari dalam bulan ini tiap hari jari jemariku asik ber cetak cetok dengan huruf dan angka di keyboard, namun bukan mengeluarkan isi otak yang sudah mau tumpah ini, tapi hanya mencoba menyalin dari beberapa teori - teori para ahli hukum yang kemudian dimasukkan dalam satu bab dan tentu saja menjadi footnote yang berharga biar gak disangka ngarang indah katanya.
Namun satu hal yang rasanya masih belum bisa kukeluarkan. Sebenere pengen nulis apa ya kali ini? keinginan untuk mengeluarkan sesuatu atau hanya pelampiasan kekosongan waktu yang menjemukan ini? ah, memang cuaca winter ini sungguh bisa membuat orang depresi, jadi harus bisa mencari celah-celah yang bisa digunakan untuk mematikan segala rasa kebosanan di dalam ruangan berpenghangat (hezung).
Memang sudah sejak bulan November 2009 yang lalu, malam yang sebelumnya hanya 6 jam dari jam 22.00 - 04.00 pagi telah berubah drastis menjadi 12 jam lebih, yang mana magrib dimulai jam 16.00 dan subuhnya jam 06.30. Bagi yang hobi tidur sie sebenarnya nikmat banget ya, tapi apa mau tidur terus?? hehehe, tentu tidak dong! masih banyak hal yang bisa kita lakukan di luar sana, namun ingat, seberapa perlu kita keluar untuk melakukan hal diluar sana dengan cuaca yang selalu dibawah nol derajat?
Inilah wintrer depression, depresi karena waktu terang begitu cepat dan gelap begitu menyiksa, sehingga terkadang beberapa aktifitas diluar rumah harus dihentikan pada jam 4 sore. Padahal jam matahari terbit itu jam 8 pagi, jadi praktis cuman berapa jam ya terangnya? nah, itupun juga kalo matahari nongol deh. Sejak akhir tahun 2009 hingga awal saat ini, mungkin bisa dihitung jari berapa kali ya sang surya bersinar. Bahkan kemunculan matahari terkadang malah menyiksa. Bukan menghangatkan namun malah menjadikan salju dan es yang ada menguap yang pada akhirnya menurunkan suhu yang bisa sampai minus 15 derajat. Kalo sudah begitu, males gak sie berada di luar rumah??? hahahaha... bangettttt... belum lagi licinnya berjalan di es yang kadang membuat kita bisa terpeleset jatuh, alhamdulillah belum pernah dan semoga tidak akan pernah terpeleset.amin.
Namun apalah daya, beginilah sang alam ciptaan Allah. Tentunya berbahagialah kita yang hidup di Indonesia dengan segala kekayaannya, matahari tidak pernah hilang sepanjang tahun. Segala aktifitas dapat dijalankan dengan baik tanpa halangan cuaca yang berarti. Hujan bukanlah halangan kata ayahku tercinta, bahkan kami akan dimarahi kalo hujan menjadi alasan,,,hehehe...
salam dari berlin,
kamal
09.05 02.02.2010