Tuesday, May 11, 2010

Jahit Menjahit

Bagi sebagian besar perempuan, kegiatan dondom mendondomi atau menjahit (bahasa kerennya) adalah hal yang lumrah dan wajar, bahkan terkadang menjadi suatu kewajiban bagi seorang istri untuk bisa melakukan kegiatan ini. Boleh dibilang sepele, namun tentunya tidaklah boleh menyepelekan suatu kerjaan.

Dapat kita bayangkan seandainya seorang ibu rumah tangga masih kesulitan atau bahkan belum pernah sama sekali berlatih menjahit, sampai-sampai bingung harus bagaimana memasukkan benang ke dalam lubang jarum. Dari pengalaman di lapangan, biasanya seorang ibumuda akan sering sekali melakukan kegiatan ini tentunya terjadi karena ia memiliki seorang bayi yang mana pakaiannya bayi atau balita sering kali terkoyak sedikit, namun sayang untuk sekedar menjadi lap dapur *pengalaman euy.. Maka tentunya keahlian dondom mendondomi adalah suatu keharusan yang sebaiknya dikuasai oleh seorang perempuan.

Namun ternyata tidak hanya perempuan saja yang boleh menguasai hal ini, para pria pun disarankun untuk dapat melakukannya meski tidak begitu sempurna. Tidak ada yang salah dengan memiliki kemampuan ini, bahkan akan menjadi nilai plus yang berbeda dengan lainnya. Memang menjahitkan baju yang sedikit koyak ataupun memotong celana yang kepanjangan lebih mudah dan praktis menyerahkannya kepada ahlinya, tukang jahit, tapi apakah selamanya kita akan bergantung pada tukang jahit? nah kalo tukang jahitnya libur sebulan? gmn jal? hahaha...

Untuk seseorang yang hidup dalam lingkungan yang serba mudah tentunya pilihan menyerahkan kepada ahlinya adalah pilihan utama, dan akan berbeda dengan seseorang yang hidup dalam lingkungan serba susah. Aku sendiri sedari kecil Alhamdulillah sudah mengenal akan budaya ini, karena secara langsung dapat melihat pengalaman dari Ibuku yang dahulu suka sekali memodifikasi pakaian dan bahkan sarung bantal. Aku sendiri punya pengalaman sungguh memilukan dengan proses modifikasi ini. Tentunya kita tahu petani, dengan celana modifikasi dari karung gandum mereka terlihat gagah berjalan di sawah, sehingga membuat diriku tertarik untuk memiliki celana aneh dari karung gandum ini *dasar aneh!!! dengan sedikit rengekan kecil kepada Ibuku, akhirnya beliaupun sanggup untuk memenuhi permintaanku membuat celana gandum...hohoho... sungguh itu menjadi kenangan yang tak terlupakan, bahkan aku bangga memakai celana itu karena berbeda dengan teman-teman lainnya.. uhuuuuuy...

Ketika memasuki bangku Sekolah Tingkat Pertama, ternyata ilmu ini sangat berguna bagiku yang mana aku harus hidup dalam asrama yang untuk sekedar keluar komplek aja sangat sulit, aalagi hanya dengan alasan untuk njahit koyakan kecil. Maka dengan coba-coba diumur yang relatif terbilang masih belia aku sanggup bertahan untuk melakukan hal ini sebaik mungkin meski terkadang masih terlihat jitetan-jitetan yang agak aneh dipakaianku tapi itu tak jadi masalah selama tidak terlihat memalukan,,,,hehehe

Tak disangka tak dinyana, ilmu itupun masih terpakai hingga saat ini, ketika aku bekerja di Jerman. Meski sempat agak malas-malasan, namun aku harus melakukannya karena yang koyak saat ini adalah celana stelan jas, jadi kalau aku tidak segera menambalnya, maka tentunya stelan tersebut akan terus menerus tidak terpakai. Dengan sedikit kemantapan, alhasil aku mampu melakukannya dengan sedikit sempurna, meski benang yang kupakai kurang cocok dengan celananya, untungnya hasilnya tidak terlihat perbedaan antara warna celana dan benangnya :D... Ya daripada harus keluar 10 euro untuk hal yang simple ini, tentunya malakukannya sendiri meski dengan keterbatasan adalah suatu hal yang patut diacungi jempol bukan? hehehe.. baginilah nasib anak perantauan yang masih bujangan... hohoho.. Semoga kemadirian ini dapat terwariskan kepada anak cucuku kelak sehingga mereka tidak terlalu pusing untuk menggantungkan hidupnya kepada orang lain. Amin.

Berlin,
23.11 11.05.2010

No comments: