Monday, March 1, 2010

Waktu Kita Tak Banyak

Pagi ini kulihat jam tanganku dengan seksama, memperhatikan dengan penuh keraguan. Masih belum beranjak mataku dari menatap tanggal yang melekat di jam tangan tersebut. Aku merasa agak sedikit kebingungan, sesuatu telah salah dengan jam ini. Namun aku masih tetap dalam kebingungan, apa yang salah dengan jamku? setelah beberapa saat kuberpikir, barulah kusadari bahwa tanggal di jam tersebut masih menunjukkan tanggal 29, padahal hari ini kalender telah berganti bulan menjadi Maret, artinya aku harus memutar jamku hingga 3 hari putaran agar mendapatkan tanggal yang sesuai dengan hari ini, 1 Maret 2010.

Sungguh andaikan waktu yang ada ini dapat dimaju mundurkan laksana jam tanganku tadi, maka semua orang akan dengan mudahnya mencari hal-hal yang menyenangkan dirinya dan akan mengatisipasi dan menghindari hal-hal buruk yang telah dan atau akan menimpa dirinya. Atau bahkan sebaliknya, kehancuran di muka bumi tidak dapat dihindarkan, karena semua orang dengan semaunya akan bermain-main dengan kehidupannya atau bahkan kehidupan orang lain. Maha Suci Allah yang telah menjadikan waktu sebagai rahasia kehidupan.

Kalau kita simak, banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an yang diawali dengan menggunakan kata ‘waktu’. Misalnya wadh dhuha (demi waktu dhuha), wal fajri (demi waktu fajar), wal laili (demi waktu malam), dan masih banyak lagi. Dalam ayat-ayat tersebut Allah bersumpah dengan menggunakan kata waktu. Menurut para ahli tafsir, dengan menggunakan kata waktu ketika bersumpah, Allah swt., ingin menegaskan bahwa manusia hendaknya benar-benar memperhatikan waktu, karena sangat penting dan berharga dalam kehidupan manusia.

Dalam surat al-‘Ashr, Allah swt. berfirman:
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, dan saling menasehati supaya mentaati kebenaran dan supaya menetapi kesabaran.” (Q.S. Al-‘Ashr: 1-3).
Dalam surat tersebut ditegaskan bahwa, pada dasarnya semua manusia itu berpotensi menjadi orang yang merugi, baik di dunia maupun di akhirat. Lalu siapakah manusia yang beruntung? Ternyata menurut Al-Qur’an, manusia yang beruntung itu bukanlah yang pangkatnya tinggi atau yang uangnya banyak. Tapi yang beruntung adalah mereka yang beriman, beramal shaleh, dan yang suka menasehati dalam kebenaran dan selalu bersabar.

Merujuk surat Al-‘Ashr tersebut, maka konsep waktu menurut Islam adalah: Iman, beramal shaleh, senantiasa menasehati berbuat kebenaran dan bersikap sabar. Keempat kata kunci, yaitu iman, amal shaleh, kebenaran dan kesabaran, kalau boleh kita rangkum dalam satu kata dapat bermakna ‘ibadah’. Jadi konsep waktu menurut Al-Qur’an bermakna ibadah. Hal ini sejalan dengan tujuan dari penciptaan manusia itu sendiri, yakni: “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku”.

Oleh karena waktu merupakan hal yang sangat penting dan amat berharga dalam kehidupan manusia, maka janganlah kita menyia-nyiakan waktu jika tidak ingin menjadi orang yang merugi. Sebagai orang beriman, hendaknya kita isi waktu dengan senantiasa beribadah kepada Allah. Janganlah membuang-buang waktu, karena sekali waktu berlalu, dia tidak akan pernah kembali lagi ("Lan Tarjial ayyamullati madhot"). Dan tentunya sangat dianjurkan kepada kita untuk tidak menunda-nunda suatu pekerjaan ataupun peribadatan kepada Allah swt karena hal ini akan membawa kepada kemalasan dan bahkan pada akhirnya akan terlupakan ("la tu'akhir 'amalaka ilal ghodi ma tastati'u an ta'malahul yauma").

Semoga bermanfaat bagi kita dan semoga kita senantiasa dalam lindunganNya. Amin.

Salam dari Berlin,
22.21 01.03.2010

No comments: