Thursday, March 25, 2010

Dua Puluh Tujuh

Kehidupan manusia tak pernah lepas oleh hitungan sang waktu. Terkadang ketika kehidupan ini sedikit bersahabat, tanpa merasa terbebani waktu begitu cepat berlalu, dan sebaliknya, ketika kita merasa kepayahan dalam menjalani hidup ini terkadang waktupun terasa melambat bagaikan siput. Namun pada dasarnya waktu berjalan sedemikian adanya, detik, menit, jam hingga tahunan dan abad dan itu sama hitungannya untuk tiap-tiap orang yang menjalaninya, hanya rasanya yang terkadang berbeda.

Pada jam 5 pagi ditanggal 23 Maret 1983, aku menangis dalam lumuran darah dari rahim ibuku tercinta, aku dilahirkan tepat pada tanggal itu di sebuah dusun yang cukup terpencil dari hiruk pikuk kota, rumah nenekku, bahkan listrik baru masuk ke dusun itu sekitar pertengahan tahun 90-an. Ketenangan pagi itu terusik oleh tangisanku, namun orang-orang disekitarku malah merasa bahagia karena telah lahir dengan selamat putra ke 3 dari Ayahanda dan Ibundaku tercinta.

Apa yang sebelum dan sesudahnya terjadi ketika proses kelahiranku akan dimulai terekam dalam sebuah buku biru yang ditulis Ayahandaku, sayangnya buku itu berada di rumah, sehingga aku tidak bisa membaca dan sedikit membayangkan apa yang sebenarnya terjadi di rumah nenekku tersebut. Penggambaran yang Ayahku berikan dalam buku itu sebenarnya cukup banyak memberikan ilustrasi bagaimana sibuknya Ayahku harus mencari bidan dimalam itu dengan kondisi alam yang sangat terbatas dari pencahayaan.

Saat ini, 3 hari yang lalu, 23 Marert 2010, umurku telah bertambah dan jatah hidupku pun telah berkurang. Perjalanan panjang telah kulalui dengan berbagai pengalaman yang indah, berbagai tantangan kehidupan, yang sedikit demi sedikit mengajarkan kepadaku makna perjalanan ini. Tentunya setiap perjalanan pasti ada tantangannya, ntah tantangan yang dapat kita selesaikan ataukah tantangan yang berakhir dalam kekurangsuksesan yang pada akhirnya akan membuat kita untuk berfikir ulang mengenai kekurangan tersebut.

Telah banyak nama-nama yang termemory dalam benakku, nama-nama yang membantuku untuk menjadi sedemikian rupa. Pertemuan dan perpisahan dengan orang-orang yang pernah kutemui memberikan sensasi dan pembelajaran yang cukup indah. Mereka banyak membantu diriku dalam mengatasi segala tantangan yang ada, memberikan pencerahan, berbagi pengalaman mereka yang beberapa diantara telah banyak makan asam garam kehidupan. Tak kuasa rasanya untuk berucap terima kasih kepada mereka satu persatu. Namun mungkin lewat tulisan ini aku ingin sekali mengucapkan rasa terima kasihku kepada rekan-rekan yang telah memberikan secuil pengalaman hidupnya kepadaku.

Seiring bertambahnya umur di 27 ini, sepertinya dosaku sudah seperti butiran pasir di laut, tak dapat kuhitung bahkan mungkin bisa jadi akan terus bertambah. Rasa-rasanya belum banyak ibadah dan perbuatan baik yang telah kulakukan, sepertinya diriku begiku terlena oleh kehidupan dunia ini yang sebenarnya hanya seperti ini saja. Kehidupan semu yang pada akhirnya akan berujung disebuah lubang 2x1 meter dalam keheningan yang sangat. Hanya dalam selimut kain kafan putih yang harganya tidak seberapa dan bahkan orangpun akan memberikan cuma-cuma seandainya aku tidak punya sisa harta yang kutinggalkan untuk membelinya.

Aku hanya manusia biasa, bagian dari kehidupan dalam putaran bumi ini. Satu dari sekian miliar nyawa manusia yang ada dipermukaan bumi ini, dan satu dari triliyunan makhluk hidup yang diciptakan oleh Allah SWT. Rasa sesal selalu datang dikemudian. Maka dari itu, janganlah penyesalan itu muncul dan muncul lagi kemudian hari. Antisipasi agar tidak akan ada penyesalan sangat mungkin untuk kita lakukan. Tidak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu yang lebih baik. Dan mari kita jadikan diri kita menjadi lebih bermakna dalam mengarungi kehidupan dunia ini untuk menyongsong kehidupan yang lebih kekal abadi.

Berlin,
21.29 26032010

No comments: