Tuesday, March 6, 2007

Kesabaran di Pagi Hari

Sudah hampir 5 (lima) bulan waktu kuhabiskan di Jakarta, Ibu kota Indonesia, untuk mengais-ngais sebagian dari rizki Allah SWT yang dilimpahkan kepada hambanya setiap waktu.

Meski hanya sebagai paralegal, di sebuah kantor Law firm terkenal di Jakarta, bahkan di Indonesia, aku harus bangun pagi-pagi untuk mempersiapkan segala hal yang berhungan dengan keberangkatan ke kantor dan pekerjaan yang bakal aku jalani. Mulai dari memilih pakaian sampai dengan memasak air hangat untuk mandi, kalau kondisi cuaca di pagi itu dingin.

Pagi ini segala telah dipersiapkan dengan sedemikian rupa sehingga tepat pukul 8.05 wib aku sudah bisa melenggang ke kantor dengan jalur yang biasa dilewati bus Kopaja 66, Blok M - Manggarai. Tidak seperti biasanya, kali ini aku harus mengawali perjalananku dengan berdiri di dalam bus, karena memang aku rada males menunggu bus yang lainnya. Setelah beberapa waktu perjalanan berlalu, akhirnya aku dapat tempat duduk tepat belakang supir bus yang asik memainkan pandanganya ke jalanan, yang dengan santainya memencet klakson berkali-kali untuk membersihkan jalurnya dari mobil-mobil lain yang menghalanginya.

Biasanya sie aku duduk di kursi paling belakang agar mendpatkan sedikit hawa segar dari angin yang masuk melewati pintu belakang, namun karena tempat dudukku yang berada di belakang supir, maka prkatis aku tidk merasakan adanya angin yang menghampiriku. Sesaat aku berusaha untuk menenangkan diri dengan kondisi yang ada (kemacetan), bahkan kadang berfikir untuk membawa motor yang pernah mengantarku memperoleh gelar sarjana (SH) ke Jakarta agar perjalananku ke kantor tidak sesulit saat ini.

Tepat dugaanku, sesmpainya di depan Gedung INDORAMA kemacetan yang panjang telah terlihat. Dalam pikiranku, "wah, pasti nanti aku harus menunggu 6-7 kali lampu merah nie!', berat rasanya harus berlama-lama di bus hanya karena antrean panjang di perempatan Gatot Subroto hanya untuk menunggu giliran mendapatkan berkah dari cahaya lampu yang disebut "Hijau".

Sungguh ironis, kesabaran setiap orang harus diuji untuk mendapatkan berkah dari tuhan melalui segala tetek bengek pekerjaan yang ada di muka bumi ini. Namun berkah-berkah yang ada sungguh telah sedikit ternodai dengan munculnya ego masing-masing untuk saling berebutan jalan satu dengan lainnya, sehingga munculah kesemrawutan yang pada akhirnya menghambat semua pihak.

Coba saja seandainya, setiap pihak paham dan mengerti hak dan kewajibanya dalam menggunakan public property dengan baik tentunya keteraturanlah yang akan ada.

No comments: