Tuesday, February 9, 2010

Dagelan Politik SiBuYa

Kasihan rasanya melihat nasib SiBuYa, seekor kerbau yang tidak tahu apa-apa harus berurusan dengan polisi. SiBuYa hanya dipinjam oleh temen pemiliknya dengan tanpa biaya sewa, hanya kenikmatan bagi SiBuYa untuk bisa menikmati enaknya naik mobil dari pada harus berjalan dipecut pemiliknya dan menikmati indahnya Bundaran HI daripada harus membajak setiap hari di sawah.

Untuk pertama kalinya SiBuYa tampil di bundaran HI, ternyata kota Jakarta tidak seindah dan bersahabat seperti yang ia pikir. Begitu turun dari mobil, segerombolan orang telah menunggunya dengan teriakan yang memekakkan telinganya. Rasa kebahagian dalam perjalanan tadi seketika berubah menjadi ketakutan yang sangat. SiBuYa takut, akankah nasib umurnya akan ditentukan hari ini, dalam keramaian ini, sebagai persembahan untuk dua patung yang berada ditengah-tengah bundaran berair mancur itu? Pikiran SiBuYa mulai kacau, menerawang kembali ke sawah-sawah yang terhampar oleh bajakannya, mengenang kembali saat-saat manis bersama beberapa rekannya berlomba untuk menjadi yang pertama dalam kualitas bajakan.

Namun setelah beberapa saat dalam ketakutan yang sangat, dikerumuni gerombolan yang tidak jelas dari mana saja asalnya, SiBuYa berusaha untuk menenangkan diri, berdoa sekhusyuk mungkin agar terhindar dari malapetaka dihari ini. Dari gaya bahasanya, SiBuYa sungguh tidak bisa memahami dari mana sesungguhnya asal daerah mereka, dengan bahasa yang penuh dengan teriakan dan ejekan kepada seseorang yang namanya hampir mirip dengannya, entah itu nama seseorang atau nama SiBuYa sendiri.

Skenario dagelan politik sedang disusun oleh sebagian orang dari negeri ini. Disusun sesuai dengan arahan produser dan beberapa gelintir person yang berada disekeliling produser tersebut. Produser kali ini tidak banyak berbicara hanya mendengarkan masukan-masukan dari para pembantunya untuk kemudian menentukan putusannya. Kalang kabutnya produser tak kalah sebagaimana kalang kabutnya SiBuYa saat berada dalam kerumunan gerombolan yang ada di Bundaran HI sana.

Harga diri Produser dipertaruhkan dalam skenario kali ini. Bagaimana tidak, seandainya produser gagal dalam menampilkan penampilan yang menarik dalam dagelan ini, maka tentu saja posisinya sebagai produser hebat, yang sudah pernah menjadikan dagelan sebelumnya sebagai box office akan dicemooh dan pastinya akan lengser dari posisinya sebagai produser saat ini. Tentunya sudah banyak calon-calon pengganti yang dengan senang hati akan mengambil alih posisinya.

Begitulah kondisi yang sekarang ada di Indonesia. Topik hangat tentang Skandal Bailout Bank Century sebesar 6.3 Truliun telah membuat negara ini gonjang ganjing. Topik yang menjadi hot issue bagi sebagian besar media massa maupun media elektronik di Indonesia. Perang argumentasi atau bisa disebut perang mulut dan keberanian dipentaskan dalam sidang Pansus Century. Ruhut Sitompul memainkan peran besar sebagai provokator yang perannya sering menjadi omongan publik. Tapi sepertinya keahlian dia sebagai seorang artis ibu kota sedikit memberikan tekanan kepada anggota pansus maupun saksi ahli yang dihadirkan pada waktu itu. Namun sikap arogannya sendiri terkadang telah menjadi bumerang sendiri untuknya karena akhirnya menurunkan simpati masyarakat kepadanya khususnya dan kepada Partai yang mana dia menjadi kadernya.

Tidak ada teman abadi dalam politik, yang ada hanyalah kepentingan yang sama. Diawal bergulirnya skandal ini kedalam sidang pansus DPR, Ruhut Cs merasa yakin sekali dengan kekuatannya untuk dapat mementahkan bukti-bukti yang telah dibawa ke pansus. Isu Reshuffle didengungkan untuk sekedar memberikan shock therapy kepada rekan-rekan koalisinya agar tetap solid untuk membawa gerbong pansusnya sesuai dengan arahan produser. Berbagai pertemuan tingkat tinggi telah diadakan sang Produser, bahkan yang terakhir diadakan diatas kapal perang.

Fenomena kekuatan gerbong Ruhut Cs sepertinya hampir lepas. Kekuatan besi-besi penyambung seakan-akan hampir terlepas. Isu Reshuffle yang digelontorkan tidak menjadi halangan bagi gerbong-gerbong lainnya untuk mengungkapkan kebenaran mengenai Skandal Century ini. Bahkan Gerbong-gerbong tersebut telah siap dengan data-data validnya untuk mengungkap kebenaran yang sudah ditunggu masyarakat ini. Namun politik bukanlah itungan matematis, semuanya masih dapat berubah sampai hari sidang paripurna pansus DPR digelar sebagai babak final dagelan politik yang sedang ditampilkan.

13.30 09.02.2010



No comments: