Sunday, February 7, 2010

Menjemput Impianku

Akhir-akhir ini banyak sekali blog maupun note di Facebook yang kubaca. Banyak sekali ilmu yang dapat kuserap daripanya dan berharap semoga dapat kuterapkan dalam keseharianku meski tentunya tidak semuanya dapat kujalankan. Keinginan untuk berubah menuju suatu kebaikan terus muncul seiring dengan selalu berkurangnya jatah waktu yang diberikanNya untukku meskipun tidak sebaik seperti yang dicontohkan dalam tulisan-tulisan tersebut.

Aku bukan manusia jalanan apalagi jalang. Aku manusia biasa yang terkadang hatiku terketuk meski untuk sesaat. Kata orang hati itu selembut sutera, namun punya kekuatan yang tak terhingga hingga dapat menghancurkan dunia. Begitu juga mungkin dengan hatiku. Hati yang menurut orang terlalu keras, namun sungguh banyak kelembutan yang muncul dalam diriku yang hina tapi tidak dina ini. Kadang aku muncul dalam sosok setan yang berbuat sekendak hati dan terkadang pula aku akan menjelma menjadi seorang malaikat yang siap menebar kebaikan di muka bumi ini. Maka sungguh Allah Maha Sempurna yang telah menamakan segumpal darah itu sengan "qalb" atau "qalbun" bukan kalbun. "Qalb" yang menurut bahasa berarti bolak balik atau selalu berubah-ubah. Alquran sering mengidentikkan kata qalb dengan ’aql, seperti dalam QS 22:46.

Aku selalu merasa kecil. Seakan-akan aku adalah manusia terburuk yang pernah dilahirkan di dunia ini dari rahim seorang Ibu. Dilahirkan sebagai seorang muslim, kemudian dibesarkan dalam pendidikan dan pembelajaran keluarga yang beragama. Maka inilah aku saat ini seperti yang sahabat-sahabatku kenal. Apakah seandainya aku dilahirkan di jalanan dan kemudian didik dan belajar dari sistem jalanan, akan seperti saat inikah diriku? Wallahua'lam Bisshowab. Hidayah tentu tidak akan datang begitu saja ke dalam diri manusia-manusia, namun hidayah harus dijemput, kita harus bergerak untuk mendapatkannya. Bagaimana mungkin hidayah akan datang seandainya aku hanya duduk, makan dan tidur.

Layaknya hidayah, jodoh pun tentunya tidak akan datang sendirinya, meskipun banyak yang bilang "kalau jodoh gak kemana". Aku harus menjemput impian itu, sebuah impian yang dapat menyempurnakan setengah dari agamaku. Kondisi yang seperti ini yang saat ini terasa begitu mengganggu pikiranku. Sejauh mana hukum nikah untukku, apakah wajib, sunah, mubah, makruh atau bahkan haram? Keinginan untuk segera meminang seorang wanita sholekhah yang akan menjadi teman seperjalanan dalam mengarungi bahtera rumah tangga menuju keluarga sakinah mawaddah wa rahmah kuat sekali muncul dalam benakku. Memiliki keturunan dan mendidiknya untuk menjadi generasi madani masih menjadi angan-angan yang kosong. Entahlah, kapan aku akan bertemu dengan calon isteri yang akan menjadi ibu dari anak-anakku kelak.

Allah SWT selalu tahu yang terbaik untuk hambaNya yang bodoh ini. Ketidakmudahanku untuk segera menemukan jodoh tentunya tidak lepas dari rencana Allah SWT. Tuhan tidak sedang bermain dadu, sebuah judul buku yang terbitkan oleh Gramedia. Allah, Tuhanku tentunya juga sudah punya rencana yang sudah termaktub dalam Lauhul Mahfudz (tidak bermain dadu), kitab yang telah ditulis untukku ketika aku berusia 4 bulan dalam kandungan ibunda. Hanya usaha dan doa yang dapat kulakukan dalam menjemput impianku untuk menyempurnakan setengah agamaku. Ntah tahun ini, tahun depan atau beberapa tahun kedepan, tapi insyaallah aku akan siap setiap saat ketika Allah telah meberikan jalan bagiku.

Salam dari Berlin,
Kamal

13.00 07.02.2010

No comments: